Amsterdam, reportasenews.com-Hajatan Europalia Arts Festival Indonesia yang menghabiskan dana Rp 160 Miliar di Eropa, ternyata tak berjalan mulus. Para seniman tari tradisional dari Pegunungan Tengah Voice of Papua, mendapat instruksi agar tak mengenakan pakai tradisi sukunya yakni koteka.
“Ada pejabat Kemendikbud yang mengaku disuruh Wapres minta kepada saya agar penari tradisional itu, jangan pakai koteka dan ditutup bagian belakangnya. Mereka bilang Pak Wapres tidak berkenan,” kata Markus Rumbino, pimpinan Voice of Papua kepada Hendrata Yudha dari reportasenews.com di Amsterdam, Minggu (19/11).
“Campur tangan” Wakil Presiden Jusuf Kalla pada penampilan seniman itu terjadi ketika kelompok tari dan nyanyi Voice of Papua tampil pada pembukaan Europalia Arts Festival Indonesia di Gedung Bozar, Brussel, Belgia, 12 Oktober lalu.
Menurut Markus, ada salah kaprah dari pejabat di Jakarta yang tidak mengenal budaya setiap suku di Papua.
“Dikiranya pakaian tradisional Papua itu semuanya pakai rumbai-rumbai seperti suku di wilayah pantai. Ini bukan soal sopan santun di depan orang luar negeri, tapi soal seni tradisi. Saya sudah jelaskan kepada pejabat itu dan bilang kalau penari saya dilarang pakai koteka pakaian asli sukunya kami tidak mau tampil,” tegas Markus.
Jika penari tradisional Pegunungan Tengah itu dipaksa pakai “seragam” rumbai-rumbai, dia malah akan dihukum adat di kampungnya.
Ancaman tidak mau tampil di acara pembukaan itu, membuat Kemendikbud menyerah sebab bakal menimbulkan insiden yang lebih luas.
Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Dr. Restu Gunawan tak mau berkomentar tentang insiden di atas.
“Tanya aja langsung sama pak dirjen deh,” kata Restu kepada Hendrata Yudha di Amsterdam, Belanda. (tat)