Iran, reportasenews.com – Menanggapi ancaman terbaru Arab Saudi untuk membuat konflik terbuka dengan Iran, Teheran mengatakan bahwa mereka akan meruntuhkan semua di Saudi, kecuali kota suci Muslim di Mekkah dan Madinah jika orang Saudi melakukan sesuatu yang “bodoh,” laporan Al-Manar.
“Kami memperingatkan mereka agar tidak melakukan sesuatu yang bodoh, tapi jika mereka melakukan sesuatu itu, kami tidak akan meninggalkan daerah yang tidak tersentuh kami selain Mekah dan Madinah,” Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan mengatakan kepada saluran Al-Manar berbahasa Arab, seperti dikutip oleh Reuters.
“Mereka pikir mereka bisa melakukan sesuatu karena mereka memiliki angkatan udara saja,” tambahnya dalam referensi yang jelas mengenai pemboman Yaman di Riyadh, di mana pasukan Houthi yang berafiliasi dengan Iran menjadi sasaran rutin Angkatan Udara Saudi.
Komentar Dehghan menyusul ucapan blak-blakan yang luar biasa oleh Wakil Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang mengatakan pada hari Selasa bahwa setiap tets perjuangan antara Riyadh dan Teheran akan terjadi “di dalam Iran, bukan di Arab Saudi.”
Dalam sebuah wawancara langka yang disiarkan di beberapa saluran TV Saudi, pangeran berusia 31 tahun, yang dinobatkan pada tahun 2015 oleh ayahnya, Raja Salman, sebagai penerus takhta, menggariskan visinya tentang Iran modern.
Dengan menggunakan istilah sektarian, Pangeran Salman mengatakan bahwa Iran sangat ingin “mengendalikan dunia Islam” dan menyebarkan doktrin Syiahnya, menurut media AP.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan untuk memperbaiki hubungan dengan Iran, sang pangeran berkata: “Bagaimana saya bisa memahami seseorang, atau sebuah rezim, yang memiliki kepercayaan yang teguh terhadap gagasan ekstremis?”
Pangeran, yang juga bertanggung jawab atas ekonomi kerajaan Sunni, berpendapat bahwa Iran yang didominasi-Syiah bertujuan untuk mencapai Mekah tempat tersuci untuk semua umat Islam.
“Kami tidak akan menunggu sampai pertarungan tersebut berada di dalam Arab Saudi dan kami akan bekerja sehingga pertempuran berada dipihak mereka, didalam wilayah Iran, bukan di Arab Saudi,” dia mengancam tanpa menjelaskan lebih jauh.
Hubungan antara kekuatan regional Arab Saudi dan Iran telah tegang sejak Revolusi Islam 1979, namun ketegangan mulai meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Mungkin yang paling signifikan terjadi pada Januari tahun lalu, ketika Riyadh mengeksekusi Nimr al-Nimr, seorang pengkhotbah Syiah yang terkemuka. Demonstrasi besar meletus di Teheran, dengan beberapa pemrotes menyerbu dan menggeledah kedutaan Saudi serta membakarnya.
Keesokan harinya, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, meskipun Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk melakukan penyerangan tersebut.
Insiden tersebut terjadi di tengah intervensi Saudi yang terkenal di Yaman yang bertujuan mengembalikan kekuatan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang digulingkan.
Riyadh menuduh Teheran melakukan perang proxy di sana dengan mempersenjatai dan memasok kepemberontak Houthi, meskipun Iran membantah tuduhan tersebut. Menurut perkiraan PBB, invasi ke Yaman menewaskan lebih dari 13.000 warga sipil selama dua tahun konflik tersebut. (Hsg/ Rusia Today)