Krakow, Polandia, reportasenews.com-Dongeng rekaan HC Andersen dengan latar belakang suasana bangunan abad pertengahan, terus menghiasi imajinasi kami ketika menginjakkan kaki di halaman luas Istana Wawel. Istana kuno yang terletak di Krakow, Polandia ini memang persis dengan yang dikisahkan dalam dongeng-dongeng sebelum tidur.
Ada bagian-bagian yang terasa pas banget dengan setting ceria itu. Benteng luas dan besar mengelilingi komplek istana. Menara istana menjulang tinggi, dengan jendela kecil di empat sisinya. Gerbang lengkung besar, lengkap dengan prajurit berbaju besi memegang tombak. Juga ada sarang Naga, penghuni istana ini, yang sekarang dibuatkan patungnya.
Saya terus memandangi menara tinggi istana kerajaan tersebut. Berharap melihat seorang putri cantik jelita nan rupawan melambai-lambaikan sapu tangan putihnya.
Legenda abad pertengahan awal menceritakan kisah-kisah tentang naga (Wawel Dragon) mengerikan yang tinggal di sebuah goa di Wawel Hill, menjaga istana dari orang-orang jahat.
Legenda abad pertengahan awal menceritakan kisah-kisah tentang naga (Wawel Dragon) mengerikan yang tinggal di sebuah goa di Wawel Hill, menjaga istana dari orang-orang jahat.
Sinar matahari yang menyirami seluruh komplek Istana Wawel itu, memberikan persepektif abad pertengahan yang tak lekang oleh kemajuan zaman.
Saya terus memandangi menara tinggi istana kerajaan tersebut. Berharap melihat seorang putri cantik jelita nan rupawan melambai-lambaikan sapu tangan putihnya dan kemudian melemparkan ke bawah, menanti kehadiran pangeran baik hati menyelamatkan dirinya dari kungkungan naga terbang.
Dada mengembang, memicu nafas dengan cepat. Saya berasa seperti pangeran tampan berkuda putih yang siap menyelamatkan putri jelita itu. Namun, pegangan hangat dari Ari, istri saya, membangunkan dari lamunan cerita abad pertengahan. “Putri Tidur” saya ini meminta di foto dengan latar belakang halaman istana tersebut.

Rynek Glowny, alun-alun abad pertengahan terluas di Eropa, dinaungi sebuah basilika yang menjulang anggun.
Halaman luas di depan kastil itu, mengasikkan untuk berfoto dengan berbagai sudut bangunan yang menarik. Bentuk istana itu bersegi empat, dengan di tengah-tengahnya menjulang Katedral Wawel yang menjadi tempat pemakaman raja-raja dan tokoh penting Polandia.
Uniknya, katedral ini dibangun secara bertahap. Tahapan bangunan tampak sekali, ada bangunan asli dengan bata merah yang kuno. Di sampingnya dibangun pula menara-menara dengan patung perunggu, masing-masing berbeda menyiratkan masa-masa yang berbeda.
Bunyi Terompet
Siapapun yang mengunjungi Krakow, memang sulit melepaskan impian dari dongeng-dongeng masa lalu. Keindakan kota yang tidak sempat dihancurkan oleh Nazi Jerman pada perang dunia kedua itu, membuat banyak bangunan tua terselamatkan.
Krakow adalah ibukota Kerajaan Polandia selama setengah milenium, sebelum dipindahkan ke Warsawa. Di pusat kota ini, banyak bangunan bersejarah berdampingan dengan istana kerajaan itu. Layaknya kota-kota di Eropah, pusat kota yang menjadi tujuan utama wisatawan karena di sini terdapat alun-alun kota yang menawan.
Suhu udara yang dingin pada awal November, membuat badan menggigil. Namun pemandangan indah disekeliling alun-alun ini, sepertinya melepaskan dahaga para wisatawan. Kami melangkah dari kastil ke kawasan alun-alun yang tak begitu jauh. Sepanjang jalan berbatu kuno itu, beragam bangunan indah masih berfungsi baik. Sebagian tetap difungsikan sebagai hunian, selebihnya menjadi restoran-restoran yang kelihatan cantik untuk lokasi nongkrong.
Di tengah terdapat monumen Adam Mickiewicz, yang dianggap sebagai penyair terbaik sepanjang sejarah di Polandia. Lokasi ini mudah dikenali yang mewakili kota Krakow. Kawasan sekitar patung tersebut merupakan titik temu umum bagi warga maupun pengunjung kota ini.
Fakta uniknya, Adam Mickiewicz sebenarnya tidak pernah berkunjung ke Krakow. Jenazahnya sampai ke kota ini pada 1890 dan dimakamkan di ruang bawah tanah Katedral Wawel, 35 tahun setelah kematiannya di Istanbul dalam epidemi kolera pada tahun 1855.

Pengamen lokal dengan baju tradisional di Krakow adalah bagian dari turisme yang menarik.
Di alun-alun pasar besar Krakow terletak gereja St. Mary yang indah. Aslinya dibangun pada tahun 1222, hancur setelah sebuah serangan oleh bangsa Mongol. Gereja yang sekarang dibangun pada tahun 1300-an, dan kemudian dibangun dengan gaya Gothic, seperti yang terlihat sekarang. Gereja itu indah, baik di luar maupun di dalam.
Setiap satu jam sekali, terdengar tiupan terompet dari atas menara gereja itu. Menurut cerita, tradisi membunyikan terompet itu untuk menghormati peniup terompet yang tewas di bunuh tentara Mongol, ketika membakar habis kota ini.

Di jantung alun-alun, terdapat sebuah pasar megah yang sudah beroperasi selama tujuh abad sampai-sampai distempel “mal tertua sejagat.”
Seperti kebanyakan turis, saya larut dan hanyut dalam keindahan bangunan-bangunan sepuh di kota ini. Rynek Glowny, alun-alun Abad Pertengahan terluas di Eropa, dinaungi sebuah basilika yang menjulang anggun. Di jantung alun-alun, terdapat sebuah pasar megah yang sudah beroperasi selama tujuh abad sampai-sampai distempel “mal tertua sejagat.” Semuanya bagian dari kompleks Kota Tua yang telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

Kami melewati jalan-jalan tua itu bergandengan tangan, Krakow kota indah yang romantis.
Tokoh musik klasik Chopin lahir dan dibesarkan di kota ini, kota cantik yang membawanya menciptakan musik sepanjang abad.
Sayangnya alunan musik Chopin tak mampu menembus gendang telinga kami.
Kami melewati jalan-jalan tua itu bergandengan tangan, mirip lirik lagu lawas yang dilantunkan Tetty Kadi. “Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan, Sepanjang jalan kenangan kau peluk diriku mesra”. (Hendrata Yudha, Krakow, Polandia).