Kontributor reportasenews.com, Nina Harita, beberapa waktu lalu mengunjungi Museum Angkut di Kota Batu Jawa Timur. Bagaimana serunya Nina mengunju museum yang berisi berbagai macam alat transportasi itu? berikut laporannya yang akan diturunkan dalam dua seri.
PERTAMA kali mendengar Museum Angkut saya tidak terlalu tertarik. Apalagi kalo tanya orang yang pernah kesana, bilangnya “ya segala jenis model angkutan aja”. Hmm makin tidak tertarik saya mengunjunginya.
Tapi suatu hari, tanpa direncakanan, saya dan teman mengunjungi Museum Angkut. Kata teman saya, museum ini bagus. Okelah, brencuzz.. Museum Angkut terletak di Kota Batu, Jawa Timur yang memang merupakan Kota Wisata.
Sampai di tempat pembelian tiket, agak tertegun sih lihat harganya senilai Rp 100.000 per orang. Itu harga weekend. Kalo cuma liat mobil aja, kok semahal ini ya tiketnya? Kalau harga weekdays Rp 80.000 per orang.
Tiket ini berlaku untuk manusia dengan batas tinggi minimal 85 cm. Tapi tunggu.. kalau sudah ada di dalamnya dan menikmati semuanya, harga tiket tersebut justru tergolong murah. Ya, karena tiket tersebut selain untuk masuk Museum Angkut, termasuk juga untuk masuk ke Museum Topeng yang juga berada di kawasan ini.

Pengunjung Museum Angkut juga dapat mencoba menerbangkan pesawat. Salah satu pengunjung anak-anak sedang berada di kokpit pesawat di Museum Angkut. (foto: nina harita)
Selain dua lokasi museum itu, masih ada lagi, Pasar Apung yang akan saya ceritakan nanti ya.. Sekarang saya mau cerita tentang Museum Angkut dulu.
Setelah membeli tiket, pengunjung akan diberi gelang berwarna abu-abu. Di pintu masuk, petugas akan membantu mengenakan gelang tersebut. Baru masuk ruangannya, pandangan mata pasti langsung tertuju obyek yang tak asing lagi bagi pencinta film Transformer.
Autobot Bumblebee berdiri gagah menyambut pengunjung. Inilah ruangan main hall. Isinya berbagai macam kendaraan mulai dari sepeda kuno, sepeda motor klasik, berbagai jenis mobil klasik produksi luar negeri, hingga kereta kuda.
Beberapa dari mobil klasik yang dipajang di lantai satu ini, diantaranya adalah Chrysler Windsor Deluxe tahun 1952. Mobil 4100 cc ini adalah pernah menjadi kendaraan kepresidenan sewaktu Presiden RI, Sukarno.
Baru satu lantai saya sudah merasa kagum dengan koleksi transportasi yang dipunyai di museum ini. Naik ke Lantai dua, anda bisa naik tangga atau naik lift. Tapi sebaiknya naik tangga saja, lebih cepat, kalau naik lift antrenya lama.
Ini wisata, jangan malas jalan kaki!
Di lantai dua, terdapat dua gerobak sapi yang sering kita lihat di pedesaan jaman dulu. Pengunjung boleh naik ke kursi kusir dan berfoto disana. Tapi sabar ya.. antre!
Kalau di belakang gerobak sapi ada pintu keluar menuju halaman, yang mengarah ke menara roket. Di sini sih, tidak bisa masuk ke roketnya, tapi hanya bisa melihat pemandangan Kota Batu dari ketinggian.

Berbagai macam alat transportasi seperti sepeda motor kuno juga ada di Museum Angkut Kota Batu. (foto: nina harita)
Di lantai dua juga ada koleksi becak yang digantung di langit-langit, rickshaw (becak yang ditarik manusia seperti di Tiongkok), miniatur kapal Titanic, miniatur kapal Tiongkok dan miniatur kapal Majapahit.
Masih ingat kan mobil listrik pertama produksi Indonesia yang mengalami kecelakaan saat digunakan Dahlan Iskan? Nah mobil bernama Tucuxi atau Si Lumba-lumba ini juga dipajang di lantai dua museum angkut dengan segala rupa keringsekannya.
Ada pula kendaraan mesin uap yang seperti sepeda beroda besar. Satu yang sering dilewatkan orang di lantai dua ini, alat tranportasi yang hampir dilupakan orang, padahal dulu alat ini sangat penting untuk mengantar surat-surat penting, adalah Merpati Pos.
Di bagian ujung lantai dua juga ada bioskop yang memutar film sejarah transportasi. Keluar bioskop kita bisa langsung menuju pintu keluar museum. Tapi jangan keluar dulu, masih ada lantai tiga.
Jadi balik lagi ya ke arah tangga tadi. Jalur lalu lintasnya memang kurang efektif di sini.
Lantai tiga adalah runway area yang memajang aneka jenis pesawat. Ada tempat penyewaan baju pilot seharga Rp 10.000.
Yang menarik, adalah belajar menerbangkan pesawat di sebuah simulator penerbangan yang dipandu seorang ahli, hanya dengan membayar tiket Rp 10.000 saja. Ada beberapa zona free entry di sini, seperti berfoto di ruang kokpit, di pesawat tempur dan di pesawat Kepresidenan RI Boeing 737.
Di dalam pesawat Kepresidenan RI, pengunjung bebas berfoto-foto di setiap sudutnya. Pramugrari kepresidenan berseragam biru juga hadir menemani dan membantu berfoto ria. (bersambung... )