Oleh: Kombes Pol Dr Chrysnanda DL
JAKARTA RN.COM – Nampaknya enak berbicara perubahan namun faktanya begitu sulit dan rumit dilakukan. Mengapa demikian? Kemapanan dan kenyamanan telah mencanduinya.
“Ngapain berubah begini saja sudah nyaman dan uenak sekali” walau tidak diucapkan namun nampak dalam sikap dan kebijakannya. Perubahan setengah hati, yang dirubah hanyalah penampilanya, isinya sama saja.
Kapan akan menjadi baik ? entahlah… itu urusan yang akan datang. Biarkan kami menikmati. Apa yang kami impikan baru kami rasakan. Silakan kalian persiapkan perubahan setelah kami lengser, kalianlah penerusnya.
Parodi plesetan kaum mapan dan nyaman seakan sulit sudah tidak lagi mampu bangkit bergerak untuk sesuatu yang lebih baik. Perubahan-perubahan yang dilakukan seakan hanya sebatas selebrity case saja. Daily casenya gitu-gitu saja dan hanya bajunya saja yang diganti.
Badan, roh dan jiwanya tetap sama saja. Seakan sepeti parade karnaval apa yang baru, apa yang hebat, apa yang unggul memang tidak ada, krn hanya cashingnya saja, isinya masih saja seperti yang dulu.
Senyum, kata-kata yang ramah hanyalah topeng. Isinya penuh dengan niat dan kepentingan yang berbeda/ bertentangan dengan yang aktual.
Tatkala sudah nyaman dan mapan sangat sulit untuk berpikir, apalagi mengeluarkan keringat untuk memperbaiki membangun yang baru. Yang didambakan bagi rakyat kebanyakkan.
Candu-candu kenikmatan membuatnya lempar handuk kepada bawahan dan generasi selanjutnya. Dirinya tetap repot sibuk dan terus untuk pencintraan dan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompoknya. Kalau sudah mapan dan nyaman teriakanya dengan lantang dikumandangkan : ” Ngapain Berubah ……” (Redaksi)