Oxford, repotasenews.com – Setelah lukisannya dicopot dari Universitas Oxford, kini dewan kota Oxford Inggris resmi mencopot gelar kehormatan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Pencopotan gelar sebagai tokoh Freedom of the City of Oxford itu dilakukan sebagai respons Kota Oxford terhadap sikap Suu Kyi yang dianggap gagal menangani krisis kemanusiaan di Rakhine. Ratusan ribu Muslim Myanmar mengalami kekerasan dan terusir dari tempat tinggal mereka.
Mary Clarkson, anggota dewan kota yang mengusulkan mosi tersebut, pada Selasa (28/11) mengatakan Oxford memiliki tradisi panjang untuk menjadi kota yang beragam dan manusiawi. Reputasi nya ternoda oleh orang yang menutup mata terhadap kekerasan.
“Hari ini kita telah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melepaskan kehormatan tertinggi kota itu karena kelambanannya dalam menghadapi penindasan terhadap minoritas Rohingya.” Kata Mary.
Mengutip berbagai sumber Internasional, dengan suara bulat, Dewan Kota Oxford sepakat menghapus secara permanen gelar kehormatan yang diberikan pada Suu Kyi pada 1997 itu, dan mengatakan bahwa “warga tidak ingin menyanjung mereka yang menutup mata terhadap kekerasan.”
Voting terhadap pencopotan gelar mendapat persetujuan anggota dewan kota lintas partai sekitar awal Oktober lalu yang sepakat menganggap Suu Kyi “sudah tidak pantas” menyandang gelar tersebut.
Pada 1997 lalu, Suu Kyi dianugerahi Gelar kehormatan Freedom of Oxford karena dianggap sebagai pelopor perubahan yang memperjuangkan nilai demokrasi di negaranya. Saat itu Myanmar masih dikuasai pemerintah junta militer.
Peraih Nobel Perdamaian tersebut mendapat gelar doktor kehormatan dari salah satu kampus paling bergengsi dunia itu. Setelah berhasil memenangkan pemilu 2015 bersama partainya, National League for Democracy (NLD), Suu Kyi menjadi harapan warga Myanmar dan dunia internasional untuk bisa mereformasi pemerintahan di negara Asia Tenggara itu.
Namun, sejak krisis kemanusiaan di Rakhine memburuk sejak Oktober 2016 dan akhir Agustus 2017 lalu, Suu Kyi dianggap memiliki peran dalam pembersihan etnik di Myanmar tersebut.
Diperkirakan seribu orang tewas dan 600.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh . Pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran desa serta pengusiran dilakukan militer Myanmar . dilakukan oleh militer Myanmar.
Namun Aung San Suu Kyi telah menolak klaim pembersihan etnis dan menyebut banyak kasus kekerasan seksual yang digunakan terhadap wanita Rohingya “pemerkosaan palsu”. (*)