Pasuruan, reportasenews.com – Pemerataan dan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat melalui program sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kabupaten Pasuruan, tak semata-mata berorientasi pada proyek yang menguntungkan pada rekanan. Saat ini, proyek SPAM di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, juga dipadukan dengan konservasi lingkungan, terutama perlindungan terhadap mata air.
Pada 2017 ini, program SPAM di Kabupaten Pasuruan di lakukan di 62 desa yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk pelaksanaannya, selain dilakukan oleh rekanan, juga melibatkan USAID (United States Agency for International Development ) Iwins untuk pendampingan. Terutama pada desa-desa yang memiliki mata air.
Hal itu disampaikan Area Manajer USAID Iwins Kabupaten Pasuruan, M Hudan Dardiri dalam diskusi yang digelar mahasiswa Universitas Yudharta Kabupaten Pasuruan di Sanggar Ngopi Pesantren Ngalah Purwosari, Selasa (25/4) siang.
“Dengan program ini, selain masayarakat bisa memanfaatkan air secara merata, mata air yang ada di desa-desa bisa terlindungi dan terjaga kelestariannya. Sehingga keseimbangan lingkungan terjaga, ”ucap Hudan.
Program proyek SPAM di tahun-tahun sebelumnya, sering kali mubadzir. Lantaran untuk mendapatkan air dilakukan dengan pengeboran air bawah tanah (ABT), tanpa memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Pengeboran yang dilakukan justru tidak bisa mengeluarkan air setetespun. Bahkan sering kali pelaksanaan proyek SPAM mengabaikan keberadaan mata air, meskipun di desa yang dituju terdapat mata air.
“Ada mata air tapi tidak dimanfaatkan dan justru melakukan pengeboran. Akibatnya, mata airnya malah mengalami kerusakan karena cadangan ABT tersedot pengeboran. Sehingga lingkungan di sekitarnya malah tambah rusak, ” imbuh pria yang akrap disapa Jodi ini.
Kerja sama yang dilakukan pemerintah dengan USAID Iwins pada 2017 ini, didasari pada keberhasilan lembaga tersebut mengoptimalkan pemanfaatan dan perlindungan mata air dengan metode spring water protection. Dimana perlindungan mata air dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat, agar dapat dimanfaatkan terus menerus.
“Seperti yang kami lakukan di mata air Rejoso di Kecamatan Sukorejo, warga diajak sekolah lapang dengan membuat sumur-sumur resapan di sekitar mata air. Ternyata dalam kurun waktu tiga tahun, debit mata air bertambah dan juga muncul mata air baru. Tentunya ini harus diapresiasi,” jelas Jodi.
Sementara, pegiat lingkungan dari Forum Pemerhati Penyelamatan Air Kabupaten Pasuruan, Abdus Syukur menyampaikan, bahwa pembangunan harus mengedepankan kondisi lingkungan sekitarnya. Konservasi lingkungan menjadi harga mati yang tidak dapat ditawar lagi, sehingga banyak mata air makin banyak yang mati.
“Konservasi akan menghidupkan kembali mata air yang sudah mati dan akan membesarkan kembali debit air yang mengecil. Makanya pembangunan harus terencana dan terintegrasi dalam seluruh dimensi. Terutama dimensi manusia, sebagai pelaku,” ungkap Syukur. (abd)