Aleppo Suriah, reportasenews.com : Kementerian Pertahanan Federasi Rusia mengatakan bahwa pasukan khusus Rusia yang mengambil alih Crimea dari Ukraina pada tahun 2014 sekarang melakukan hal yang sama di Aleppo, Suriah.
Jumlah pasukan super elite Rusia yang diturunkan di Suriah kemungkinan hanya dibawah seratusan tentara, tetapi mereka adalah mata dan telinga di tanah untuk melaksanakan serangan udara presisi, dan telah digunakan secara langsung menargetkan sasaran kepada pemimpin pemberontak, menurut para ahli yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ).
Aleppo, kota terbesar Suriah, telah menjadi tempat pertempuran sengit untuk kontrol antara pasukan pro-pemerintah dan pemberontak sejak perang pecah pada tahun 2011. Sementara itu, jutaan warga sipil tak berdosa telah terjebak di tengah terputus dari bantuan menerima makanan, air, dan obat-obatan, saat pasukan  Assad dan sekutunya Rusia-Iran mengepung kota.
Selain Rusia, ternyata Amerika juga menempatkan sekitar 100-300 pasukan untuk operasi khusus AS yang bergerak di Suriah dan Irak, meskipun mereka fokus menasihati pasukan tentara Irak di Mosul, dan menargetkan kepemimpinan ISIS.
Menurut Journal, kepala militer Rusia Jenderal Nikolai Makarov mengunjungi markas Komando Operasi Khusus AS pada 2012 untuk membuat pertemuan, berniat belajar bagaimana Rusia bisa membangun operasi khusus mirip dengan operasi Amerika Serikat.
Makarov sebelumnya menandatangani kerangka pemahaman dengan Angkatan Laut Laksamana. Mike Mullen pada tahun 2009 yang menawarkan pertukaran militer-ke-militer dan terjun dalam kerja operasional, orientasi di akademi militer West Point untuk taruna Rusia, dan berbagi ide diantara senjata gabungan kedua negara.
Pada saat itu, para pejabat militer AS berharap untuk membangun kembali obligasi militer kemiliter dengan Rusia. “Mulai dari helm sampai kit tempur,” pasukan khusus Rusia terlihat hampir identik dengan rekan-rekan mereka di AS, seorang pejabat militer AS mengatakan kepada WSJ.
Pada awal 2014, pasukan khusus Rusia menyusup wilayah Crimea Ukraina dan merebut kekuasaan setelah pemerintah pro-Rusia digulingkan dari kekuasaan di Kiev. Para tentara khusus bersenjata berat yang  dijuluki “orang hijau kecil” tidak memakai lencana identifikasi dan menyangkal bahwa mereka Rusia melakukan penyusupan dan sabotase didalam wilayah itu..
Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui ia telah mengerahkan tentara Rusia, dan Rusia membuat hari libur nasional dengan sebutan “Hari Nasional untuk Pasukan Khusus” guna memperingati invasi tahun berikutnya. (HSG/ WSJ)