Pasuruan, reportasenews.com – Puluhan pegiat lingkungan di kawasan inti Gunung Bromo dari sembilan kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, prihatin dengan kondisi Gunung Bromo saat ini. Karenanya mereka bersatu dan bertekad untuk menghijaukan kembali lahan kritis di kawasan Gunung yang dikramatkan bagi para suku Tengger selama ratusan tahun dan turun menurun ini.
Dalam pertemuan yang digelar di Yayasan Sanggar Indonesia Hijau (Si Hijau) di Desa Cowek, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, para pegiat menyadari untuk mengantisipasi dan mengurangi berbagai bencana alam, berupa banjir dan tanah longsor serta menyusutnya sumber-sumber air, diperlukan upaya yang terpadu.
“Selama ini kami bergerak sendiri-sendiri, sehingga aktivitas para pegiat lingkungan ini kurang bersinergi. Makanya kami sepakat menyatukan langkah dan menyusun agenda bersama. Sehingga penanaman pohon bisa dilakukan serentak, ”papar Direktur Yayasan Si Hijau, Sugianto, Minggu (10/12/2017) pagi.
Menurut Sugianto, peraih Kalpataru 2010 lalu, untuk kategori penyelamat lingkungan ini, dengan menyatukan langkah, kendala yang dihadapi para pegiat lingkungan juga akan makin minim. Seperti terhindarnya konflik dengan lembaga yang berwenang atas kawasan hutan dan lainnya. Sehingga diupayakan agar rencana untuk menyelamatkan lingkungan tak terjadi adanya halangan yang berarti.
“Bersama-sama bisa melakukan penyadaran kepada warga di sekitar pinggiran hutan untuk bijak dengan alam. Bukan hanya mencegah pembalakan liar, tapi juga mengajak warga tersebut ikut menanam dan merawat pohon. Seperti yang dilakukan di Desa Palangsari, Puspo yang bukitnya pernah longsor dan menyebabkan banjir lumpur beberapa waktu lalu, “jelas Rusdi pegiat asal Kecamatan Puspo ini.
Sementara Makhrus Solikin (70), menyampaikan dengan menyamakan langkah, upaya penyelamatan lahan kritis akan bisa maksimal dan berkesinambungan. Terutama dengan penyusunan skala prioritas atas lokasi yang benar-benar rawan longsor. Terlebih lagi dengan adanya program pemerintah berupa perhutanan sosial, pegiat harus mampu mendampingi masyarakat, agar tanaman bisa seimbang.
“Kita harus bisa menyeimbangkan, hutan tetap lestari dan ekonomi rakyat meningkat. Di kawasan hutan harus tetap ada tegakan pohon, agar bisa menyerap air. Yakinlah dengan menanam pohon akan mencegah tanah longsor, banjir dan bahkan akan bisa menghidupkan serta menambah sumber-sumber air, ”terang Makhrus, peraih berbagai penghargaan lingkungan ini.
Luasan hutan di kawasan Pegunungan Bromo yang mencapai sekitar 35.000 hektar (ha), kualitasnya terus menurun. Akibatnya, banjir dan tanah longsor rutin terjadi setiap musim hujan tiba. Terutama banjir di kawasan hilir yang merendam pemukiman warga di sekitar sembilan kecamatan di Kabupaten dan Kota Pasuruan selama ini.
Bahkan di kawasan Gunung Bromo terdapat sember air Umbulan yang menjadi proyek sistem penyedia air minum (SPAM) Umbulan dan masuk dalam proyek infrastruktur strategis nasional. Namun saat ini debit sumber air Umbulan terus mengalami penurunan dari 6.000 liter/detik menjadi sekitar 3.500 liter/detik. Sehingga keberlanjutan proyek SPAM Umbulan terancam. (abd)