Timika, reportasenews.com-Rencana pengurangan tenaga kerja, membuat para karyawan di PT Freeport Indonesia yang berada di Kuala Kencana, Timika, Papua, resah menanti kejelasan nasib mereka.

Beberapa kelompok karyawan tidak bisa menyembunyikan keresahan dengan saling berbagi  informasi tentang hak-hak mereka yang akan diterima.

“Kami disini diselimuti perasaan was-was,  siapa yang akan dikirim pulang,” kata seorang karyawati dengan kompetensi penyelamatan pekerja tambang, yang minta disamarkan identitasnya,  kepada reportasenews.com, Senin (20/2).

Menurut wanita yang single parent itu, sejak minggu lalu sudah tersiar kabar bersiap-siap dirumahkan. Tetapi, mereka tetap diminta bekerja dan siap-siap dipulangkan kapan saja.

Sebelumnya, sumber orang dalam di  PT Freeport Indonesia menyebutkan mulai Senin (20/2), sekitar 1000 karyawan sudah dijadwalkan “dirumahkan”. Dari kantor pusat di Jakarta, Kuala Kencana dan Tembagapura.

Jumlah ini masih taraf awal, jika dijumlahkan dengan karyawan kontraktor maka yang kehilangan pekerjaan mencapai 7000 orang.

Sumber reportasenews.com di PT Freeport Indonesia menyebutkan sudah dibentuk panitia khusus untuk memproses pengurangan karyawan tersebut.

“Jika masih belum boleh eksport konsentrat, pengurangan karyawan terus dilakukan karena kami secara teknis sudah stop operasi sejak Kamis (9/2) lalu,” jelas sumber pada level senior staff ini.

Ditengah rencana itu, para karyawan berharap hak-hak mereka sebagai pekerja diperhatikan karena mereka adalah tulang punggung keluarga.

“Tidak ada info yang jelas, kami ini seperti menjadi tumbal permainan raksasa-raksasa. Semua serba bingung, karena semua departemen yang ada di Timika dan Tembagapura sudah mulai dipangkas. Kami masih menunggu surat keputusannya,” ujarnya. (tat)