Pasuruan, reportasenews.com – Dalam peringatan Hari Air se-Dunia yang digelar di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, aktivis lingkungan menuding pemerintah setengah hati dalam melestarikan dan menyelamatkan sumber-sumber air di beberapa daerah dan khususnya di Kabupaten Pasuruan. Lantaran perusakan lingkungan masih terus terjadi dan membuat banyak mata air menyusut.
Hal itu disampaikan Abdus Syukur dari Forum Pemerhati Air Kabupaten Pasuruan, bahwa kebijakan pemerintah dalam pelestarian lingkungan tidak terintegrasi secara utuh dan terkesan tumpang tindih. Sehingga tak sejalan dengan harapan masyakat yang menginginkan agar sumber-sumber air diselamatkan dan dilestarikan untuk dimanfaatkan bagi masyarakat luas.
“Pelestarian sumber air tidak terintegarsi dengan kebijakan lain terkait lingkungan. Terkesan setengah hati, kurang total dan membuat debit sumber-sumber air menurun. Contohnya, Bupati Pasuruan menolak mengeluarkan rekomendasi tambang di sekitar Sumber Air Umbulan, tapi pemerintah di atasnya memaksa mengeluarkan izin, ”kata Syukur.
Bukan hanya itu, kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan untuk menggalakkan reboisasi, ternyata tidak dibarengi oleh institusi lain. Seperti Perhutani yang terus melakukan penebangan pohon dengan alasan sebagai hutan produksi, sebagaimana terjadi di Pegunungan Bromo yang menjadi daerah tangkapan air Umbulan.
Peristiwa itu membuat debit Umbulan yang menjadi harapan dan tumpuan di lima daerah di Jawa Timur ini menurun, dari 6.000 liter/detik tinggal sekitar 3.200 liter/detik. Padahal Umbulan ditetapkan pemerintah sebagai proyek Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) Nasional, untuk didsitribusikan ke lima daerah di Jatim, dengan kebutuhan 4.000 liter/detik.
“Tambang dan penebangan pohon, mengakibatkan debit Umbulan menurun. Bahkan tambah tahun makin menurun. Di musim hujan juga mendatangkan banjir dan tanah longsor, karena hutan makin gundul. Penyelamatan lingkungan harus terintegrasi dengan melibatkan semua pihak dan bukan sebatas pada seremonial, “papar dia.
Sebelumnya, ahli hidro geologi asal Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Dr Ir Gunawan Wibisono, menyampaikan bahwa penurunan debit Umbulan, selain kerusakan lingkungan, juga disebabkan pemanfaatan air tanah yang berlebihan. “Banyaknya artesis liar yang mencapai ratusan, di lima kecamatan sekitar Umbulan, juga menjadi sebab turunnya debit Umbulan, ” ujar Gunawan.
Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan, Hanung Dwi Sasongko, saat dikonfirmasi wartawan terkait adanya menurunnya debit sumber air dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Pasuruan, enggan memberikan tanggapan sekaligus tudingan bahwa kebijakan pemerintah atas penyelamatan lingkungan, hanya setengah hati. (abd)