Perancis, reportasenews.com – Penghitungan suara cepat menunjukkan bahwa Macron menang antara 65,5 persen dan 66,1 persen, jauh di depan Le Pen di antara 33,9 persen dan 34,5 persen. Ini artinya Macron sah menjadi presiden paling muda dalam sejarah Perancis.
Pidato Macron yang meriah berlangsung beberapa menit sebelum istrinya Brigitte, dan sekitar 20 orang termasuk anggota keluarga bergabung dengannya di atas panggung.
Pemimpin baru itu kemudian menggenggam tangannya dan memejamkan mata saat dia bernyanyi bersama lagu kebangsaan Prancis, Marseillaise.
“Dia adalah simbol harapan,” kata pendukung Jean-Luc Songtia, 36. “Ini seperti Obama delapan tahun lalu. Pemuda, harapannya.”
“Kami sudah menang!” Massa pendukungnya meneriakkan kegembiraan menyusul kemenangan Macron.
Kemenangan tersebut merupakan prestasi karir luar biasa bagi mantan bankir investasi berusia 39 tahun, yang akan menjadi pemimpin termuda di negara ini.
Pro-Eropa sentris, Emmanuel Macron telah secara mengejutkan memenangkan pemilihan presiden Prancis, mengalahkan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dalam sebuah pemungutan suara penting untuk masa depan negara yang terpecah dan Eropa.
Pada usia 39 tahun, mantan bankir investasi tersebut akan menjadi pemimpin termuda di negara tersebut dan menghadapi tantangan besar untuk menyembuhkan sebuah negara yang retak dan demoralisasi.
Kampanye pemilihan yang keras yang memuncak pada putaran kedua pemungutan suara Minggu telah memperlihatkan perpecahan ekonomi dan sosial yang dalam, serta ketegangan seputar identitas dan imigrasi. Le Pen mengakui kekalahan dalam sebuah panggilan telepon ke Macron.
Ribuan pendukungnya mengibarkan bendera memberi Macron selamat datang pada hari Minggu saat dia melangkah ke halaman museum Louvre dengan semangat lagu kebangsaan Eropa setelah kemenangannya yang menentukan. Piramid kaca di halaman museum yang terkenal di dunia itu bersinar emas saat Macron berjalan naik ke panggung.
“Malam ini, Prancis menang,” petinggi pro-Uni Eropa, yang akan menjadi presiden termuda bangsa itu menangis didepan orang banyak, dia berteriak dengan sukacita. “Semua orang mengatakan itu tidak mungkin, tapi mereka tidak mengenal Prancis,” katanya, sebelum bersumpah: “Saya akan melayani Anda dengan cinta.” (Hsg)