Singkawang, reportasenews.com – Puncak perayaan Imlek atau Cap go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (11/2) berlangsung meriah dan memukau ribuan warga dan wisatawan.
Sebanyak 22 duta besar dari berbagai negara sahabat hadir menonton langsung beragam atraksi budaya khas Tionghoa yang ada di Kalimantan Barat. Salah satunya Tatung atau Lauya.
Lauya yang diberi kesaktian dari para dewa ini seperti kemasukan roh dan kebal terhadap senjata. Atraksinya meliuk-liukan badannya di atas pedang dan benda tajam namun tak mampu ditembus atau menimbulkan luka, dipercaya dapat mengusir segala pengaruh jahat.
Sebab itu tatung mesti diarak keliling kota untuk membersihkan Kota Singkawang.
“Ini even yang mendunia, memang ada budaya seperti ini ada di Indonesia. Namun di Kota Singkawang ini unik, karena ada keberagaman. Kekayaan kita adalah keberagaman budaya, karena selain budaya identik Tionghoa, ada budaya lain yang ditampilkan seperti budaya Melayu dan dayak serta budaya lain di nusantara,” kata staf kementerian pariwisata, Hari Untoro Drajat kepada wartawan di Singkawang.
Hari tak menampik Kota Singkawang mendapat julukan kota seribu kelenteng karena terdapat begitu banyaknya kelenteng di Kota Amoy ini.
“Ada 900 lebih kelenteng di kota Singkawang, hari ini 537 Tatung yang ikut, jadi sudah lebih 50 persen yang ikut,” ujarnya.
Dengan beragamnya budaya, masyarakat Singkawang sangat toleran dengan budaya dari luar.
Kedepan paling tidak Kota Singkawang, sebagai destinasi budaya dan alam yang menawan perlu menambah fasilitas dan akses seperti hotel-hotel berbintang perlu ditambah dan pembangunan bandara bertaraf internasional sehingga kedepan pemerintah lebih memperhatikan pembangunan di kota Singkawang ini.
Selain hadirnya 500 tatung, atraksi puncak perayaan Cap go meh di Singkawang ini semakin menarik dengan tampilnya naga terpanjang yang memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia. Replika naga ini mencapai panjang tubuh 178 meter yang dimainkan 200 orang.
“Ini benar-benar luar biasa, baru kali ini menyaksikan langsung. Selama ini hanya dengar cerita kawan-kawan. Ternyata aksi tatung memang berbahaya,” tutur Neni, wisatawan asal Solo, Jawa Tengah. (ds)