Penulis : Isson Khairul | Editor : Didik Wiratno
Duduk di sebelah H. Embay Mulya Syarief, saya merasa berada di depan mimbar. Ini memang hari Jumat. Tapi, hari masih pagi. Matahari di tanah Banten baru mulai mendaki langit. Waktu khutbah Jumat masih beberapa jam lagi. Dan, pencerahan itu datang lebih cepat dari yang saya kira.
Kyai Embay Mulya Syarief bercerita tentang Jumat Barokah. Ini program sosial yang diinisiasi oleh Kapolda Banten Irjen Pol Dr. Rudy Heriyanto SH, MH, M.B.A. Caranya, pada hari Jumat yang sudah disepakati, akan ditentukan masjid tempat pelaksanaan Jumat Barokah.
Tim dari Polda Banten dan pengelola masjid tersebut akan mencari sejumlah pedagang makanan dan minuman yang berada di sekitaran masjid. Terutama, pedagang gerobakan dan pedagang pikulan.
Tim tersebut kemudian membeli seluruh dagangan mereka secara tunai. Selanjutnya, para pedagang itu diminta merapat ke dekat masjid. Posisi mereka ditata di pelataran masjid, agar tak mengganggu aktivitas shalat Jumat.
![](http://localhost/new-rn/wp-content/uploads/2021/06/bandicam-2021-06-24-20-08-06-910-1024x588.jpg)
Ketika shalat Jumat berlangsung, para pedagang itu pun menunaikan shalat. Nah, usai shalat Jumat, para jamaah menuju para pedagang dengan tertib. Mereka leluasa memilih makanan dan minuman yang mereka inginkan. Gratis, full gratis, karena seluruh dagangan itu sudah dibayar tunai oleh Tim Polda Banten.
“Jumat Barokah merupakan program berganda. Satu sisi sebagai sedekah untuk jamaah seusai shalat Jumat. Sisi lain sebagai gerakan ekonomi untuk men-support para pedagang kecil, yang masih terus berusaha, meski kondisi ekonomi sedang sulit,” ujar Kapolda Banten Irjen Pol Dr. Rudy Heriyanto SH, MH, M.B.A., saat ditemui di Polda Banten beberapa waktu lalu.
![](http://localhost/new-rn/wp-content/uploads/2021/06/WhatsApp-Image-2021-06-24-at-19.43.20-1024x576.jpeg)
Kecermatan Rudy Heriyanto menyikapi kondisi sosial-ekonomi Banten, tentulah patut diapresiasi. Ia tak hanya mempertimbangkan aspek ibadah, tapi secara kreatif mengolaborasikan aktivitas shalat Jumat dengan pemberdayaan ekonomi para pedagang pikulan dan gerobakan di kondisi pandemi Covid-19.
Kiai Embay menyebut, gerakan ekonomi yang demikian, adalah wujud dari kesalehan sosial. Saleh dalam perbuatan, saleh dalam tindakan nyata, serta saleh secara perilaku.
“Dakwah dengan perbuatan nyata yang demikian, tentu saja melekat di hati dan pikiran masyarakat. Itu sekaligus menjadi contoh dan inspirasi orang banyak,” ungkap Kiai Embay.
Hal tersebut tentu tak terlepas dari pemahaman Rudy Heriyanto secara mendalam tentang kaum agama serta kaum pedagang yang relatif dominan di Banten.
“Kapolda Rudy ini intens berdialog dengan semua kalangan di Banten. Ia tidak membeda-bedakan. Semua dirangkul, semua diajak untuk sama-sama menjaga ketertiban serta kemajuan Banten,” ungkap H. Embay Mulya Syarief.
Menjaga ketertiban bersama adalah agenda utama bangsa ini, sebagaimana selalu dipesankan Presiden Joko Widodo. Apalagi, sudah dua kali Ramadhan dan dua kali Lebaran kita jalani di masa pandemi Covid-19.
Kita tentu berharap virus corona segera berlalu dan itu harus kita perjuangkan bersama. Sama-sama menjaga.Hal itulah yang dicamkan betul oleh Kapolda Banten.
“Pintu gerbang Pulau Jawa wilayah barat adalah Pelabuhan Merak. Arus orang yang melintas melalui pelabuhan itu harus dicermati oleh seluruh stakeholder, untuk memutus rantai penyebaran Covid-19,” lanjut Rudy Heriyanto, yang secara langsung menjaga Pelabuhan Merak di masa pelarangan mudik Lebaran lalu.
Itu menjadi contoh berikutnya, yang menunjukkan pemahaman Rudy Heriyanto yang mendalam tentang kondisi geografis serta perilaku publik yang relevan dengan wilayah Banten. Dan, semua itu tak terlepas dari intensitas dialog yang ia bangun dengan semua kalangan di Banten, sebagaimana dituturkan Kiai Embay Mulya Syarief.
![](http://localhost/new-rn/wp-content/uploads/2021/06/WhatsApp-Image-2021-06-24-at-19.35.41-1024x576.jpeg)
Kiai Embay adalah salah seorang pendiri Provinsi Banten, sosok yang multidimensional. Ia adalah seorang pengusaha, aktivis politik, pilar keagamaan, serta pengayom masyarakat Banten.
Boleh dibilang, Kiai Embay menjadi perekat beragam etnik serta berbagai keyakinan yang dianut warga tanah Banten.