PROBOLINGGO, REPORTASE – Pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi, tak ingin padepokan Dimas Kanjeng disebut-sebut sebagai penggandaan uang. melainnkan pengadaan, yang digunakan sebagai keperluan para pangikut padepokan.
“Kalau penggandaan uang gak ada, yang ada hanya pengadaan. Itu untuk keperluaan saya sendiri dan santri lainnya. Misalnya, tanah urug untuk menutupi lokasi yang berlubang untuk di buat tenda,”kata MJ asal Situbondo, yang enggan disebutkan namanya ketika ditemui di tendanya, Sabtu (1/10).
Soal pemberian mahar, ia juga menyebut memang ada mahar, tapi tidak banyak seperti diberitakan dengan jumlah sampai ratusan juta rupiah. Ia mengaku kalau mahar itu seikhlasnya.
“Ada mahar, tapi seikhlasnya. Mahar itu untuk pembuatan perbaikan tenda selama ditempati orang yang meberi mahar itu. Kalau saya hanya ngasih dengan jumlah sedikit karena saya orang miskin,” kata MJ yang tak mau menyebutkan jumlah nominal mahar yang ia keluarkan.
Saat ditanya oleh Marwah Daud, yang kebetulan berkunjung ke tenda pengikut padepokan, apakah ada orang lain meyuruh dia ke padepokan? MJ mengaku ia besama istrinya datang sendiri dan memang ingin belajar di padepokan, untuk lebih istiqamah menjalan ibadah.
“Saya merasa tenang dan nyaman saja hidup di padepokan, meski hanya tinggal di tenda sederhana. Tidak ada paksaan dari siapapun, saya nyantri disini dari hati kecil saya,”aku MJ.
Hingga kini, di tenda tenda padepokan Dimas Kanjeng, masih terdapat ratusan pengikut yang tidak mau pulang dan masih akan menunggu maha gurunya kembali ke padepokan. (fiq)