Karangasem, reportasenews.com – Pengungsian di pesucian Desa Macang, Bebandem, Karangasem, Bali menampung sebanyak 700 pengungsi. Pengungsi asal Desa Dingan ini telah meninggalkan kampungnya sejak level status Gunung Agung meningkat menjadi awas.
Tiga hari belakangan ini, kondisi kesehatan beberapa pengungsi mulai turun. Sebab, tempat penampungan mereka terbuka tanpa dinding sehingga angin mudah masuk. Selain itu, alas tidur yang digunakan para pengungsi hanya berupa terpal plastik yang sangat tipis.
Saat reportasenwes.com meninjau lokasi, balita bernama Kadek Dita Wudiandari terlihat sesekali menangis di pangkuan ayahnya. Anak pasangan Wayan Sukra dan Ketut Menuh ini sakit demam tinggi sejak empat hari lalu. Menurut sang ayah, awalnya Kadek hanya masuk angin, tapi hari berikutnya panas badannya meninggi.
“Mungkin anak saya ini kedinginan selama di sini,” ucap Wayan Sutra kepada reportasenews.com.
Pengungsi lainnya, Komang Kanis juga mengalami gangguan kesehatan. Sejak berada di tempat pengungsian, penyakit vertigo pria 62 tahun ini sering kambuh. Wayan hanya berharap agar bencana yang menimpa kampung halamannya cepat berakhir agar ia bisa kembali ke rumahnya. “Sakitnya kumat terus. Saya pengen pulang,” ujar Wayan.
Seorang pengungsi, Ngah Re Rot mengatakan, sejak diungsikan dari kampungnya, ia bersama pengungsi lainnya sudah tiga kali pindah tempat. Meski tempat pengungsian di pesucian Desa Macang ini kondisinya sedikit lebih baik, tetap saja mereka merasa kurang nyaman.
“Setiap malam kami tidur kedinginan dan banyak nyamuk. Lantainya dingin dan anginnya kuat karena dindingnya hanya pakai tenda plastik,” ujar Ngah Re Rot.
Ngah Re Rot mengakui, selama di lokasi pengungsian, bantuan makanan, pakaian, obat-obatan dari pemerintah sudah cukup memadai. Namun, yang paling mereka butuhkan saat ini adalah selimut, bantal, dan tikar atau alas tidur yang tebal agar mereka tidak kedinginan lagi. Mengingat banyaknya balita dan orang lanjut usia (lansia), para pengungsi di lokasi ini, kata Ngah, bersedia dipindahkan ke lokasi pengungsian yang lebih layak.
“Kami butuh selimut, bantal, dan karpet yang agak tebal supaya enggak kedinginan. Kami hanya pakai selimut yang kami bawa dari rumah. Satu selimut kami pakai bertiga,” tutur Ngah Re Rot.
Hingga Selasa sore kemarin, bantuan makanan dari berbagai pihak terus berdatangan ke lokasi pengungsian ini. Salah satu yang turut memberikan bantuan adalah grup usaha Wake Bali. Selain bantuan berupa makanan, para pengungsi juga mendapatkan bantuan dua unit torn atau bak penampungan air bersih. (tjg/hsg)