Grobogan,reportasenews.com – Keberadaan pohon di tepi jalan Kota Purwodadi, bagi pelaku bisnis yang nakal menjadi tempat paling tepat untuk memasang poster untuk memasarkan produk agar dengan mudah dikenal oleh calon konsumen.
Namun, bagi warga pada umumnya, keberadaan poster yang dipasang dengan cara dipaku di batang pohon, tidak saja dianggap menjadi perusak dan menyakiti pohon namun papan iklan yang dipasang geratis oleh sejumlah perusahaan besar juga merusak pemandangan.
Karena pelaku pemasang poster hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan semangat melindungan pohon dan kebersihan lingkungan. “Karenanya, kami bersama-sama membersihkan paku yang ditinggal di pohon. Paku tertinggal karena pemilik yang merasa puas karena eventnya tersosialisasi meninggalkan paku dipohon,” ungkap Sunar pendamping divabel di Kabupaten Grobogan, disela mencabut paku yang menamcap di sejumlah pohon.
Tidak harus punya tangan lengkap, namun dengan kekurangan yang ada mereka tetap semangat mencabut paku yang ‘menyakiti’ pohon. “Kegiatan membersihkan lingkungan dengan cara mencabut paku, menjadi bagian dari kegiatan sosial ikut menjaga dan merawat lingkungan. Kegiatan ini sengaja kami laksanakan dalam peringatan hari disabilitas internasional yang jatuh pada 3 Desember lalu,” ungkapnya, menjelaskan 70 penyandang disabelitas terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di Jalan Gajahmada, Purwodadi.
Pria yang harus berjalan dibantu dengan penopang badan lantaran kaki kirinya patah, mengaku kegiatan bersih paku menjadi bagian dari kegiatan non bidang ketrampilan yang dilakukan penyandang disabilitas.
“Bidang ekonomi, kami banyak mengikuti pelatihan seperti membatik, membuat kerupuk, menjahit, elektronik sampai membuat sabut untuk cuci piring. Dari sekian pelatihan, menjahit paling banyak diteruskan. Tapi, pembuatan sabun juga mulai banyak dilakukan karena pasar makin terbuka,” ungkapnya.
Bukan hal memalukan, bagi Sadi, pria yang kedua tangannya tidak tumbuh dengan sempurna pun dengan tetap gembira terlibat dalam mencabut paku. Dengan cara ujung linggir dikempit ketiak sedang tangan yang lain menjadi penopang sisi lain dari paku, pria tersebut pun mampu mencabut paku yang ada. “Ini pakunya dikumpulkan dimana,” teriaknya usai mencabut salahsatu paku dari pohon.
Pencabutan paku, menjadi bagian dari kegiatan hari disabilitas internasional atau nternational day of person with disabilitie tingkat kabupaten Grobogan. Tidak banyak, namun hampir seluruh penyandang disabilitas baik karena sakit polio, kecelakakan atau karena sakit lainnya.
Penyandang disabilitas di Kabupaten Grobogan bukan hanya menjadi beban. Dari hasil pelatihan yang diikuti, Wayulo Ketua Forum Komunitas Disabilitas Grobogan (FKDG).
“Dari pelatihan yang saya pernah ikuti, di rumah saat ini telah berdiri usaha konveksi. Tiga karyawan sesama penyandang disabilitas, sedang empat lainnya sempurna,” ungkapnya.
Dari tujuh karyawan yang bekerja, setiap bulannya mampu memproduksi 150 piece pakaian. “Jika gaji memang tidak menentu karena sistim pembayarannya borongan. Jadi jika pas banyak ya hasilnya banyak, jika sedikit yang sama bos sama karyawannya dapat penghasilan sedikit,” tambah pria yang mengaku senang dengan bisa mendiri dan mengajak teman-teman sesama penyandang disabilitas untuk bekerja.
Selain dengan datang langsung ke Dimas Konveksi, Desa Gundih, Kecamatan Godong, pemesanan juga bisa diakukan melalui telepon di nomor 085292129778. “Selama ini selain tetangga di desa, banyak orang yang setelah menyaksikan keterlibatan kami dalam expo langsung order. Dari sekian banyak order, didominasi pesanan dari seragam sekolah,” katanya menjelaskan.
Kegiatan Retno Munirah, Kasi Rehabiltasi, Dinas Sosial Kabupaten Grobogan, menjelaskan, peringatan hari disabilitas dengan melakukan pencabutan paku menjadi bagian dari kegiatan positif yang dilakukan penyandang disabilitas.
“Kegiatan menjaga lingkungan yang dilakukan menunjukan kepedulian dan keterlibatan penyandang disabilitas dalam mejaga lingkungan,” ungkapnya.(aep)