Perancis, reportasenews.com – Problem imigran, masalah Islam, kemerdekaan asazi, menjadi bahasan panas dalam debat pertama bagi lima kandidat calon presiden (capres) untuk Perancis di TV nasional yang disiarkan oleh TF1 dan LCI. Debat dilakukan sebulan sebelum pilpres Perancis 26 April besok.
Perancis dalam pilpres kali ini ada 11 kandidat yang maju dalam pemilihan presiden putaran pertama. Lima kandidat terkuat ikut serta dalam debat yakni, Francois Fillon (partai ‘Les Republik’), Marine Le Pen (Front Nasional sayap kanan), Emmanuel Macron dari pihak independen tengah, Benoit Hamon (Partai Sosialis yang berkuasa), dan pemimpin sayap kiri Perancis, Jean-Luc Melenchon (Unsubmissive France).
Marine Le Pen dari Front Nasional sayap kanan yang merupakan pendukung dari Brexit dan berharap Perancis mengikuti jejak Inggris keluar dari Uni Eropa, dia bersumpah tidak akan mau tunduk menjadi “tenaga penjual untuk kelompok multinasional”.
“Saya ingin menjadi presiden Republik Perancis sesungguhnya. Saya tidak akan terlibat dalam wilayah abu-abu di Eropa, ” kata Le Pen menekankan.
Dia menunjukkan bahwa kemerdekaan Perancis adalah nilai inti bagi banyak orang Perancis, yang ingin mempertahankan nilai-nilai dan tradisi mereka “dan tetap kompetitif” tanpa dikendalikan oleh “struktur supranasional. Dia menyindir soal pengarauh Uni Eropa bagi Perancis.
Kandidat lain Francois Fillon menyerang ide Le Pen dengan menyebutkan bahwa ide “Frexit” (French Exit, menyitir mirip “Britain Exit”) akan menyeret negara Perancis ke dalam kekacauan sosial dan ekonomi.
Pendapat ini didukung oleh kandidat Emmanuel Macron yang pro Uni Eropa, dia tegas menolak gagasan Frexit, dengan alasan bahwa Brexit ternyata menjadi proses yang jauh lebih kacau dari yang diharapkan oleh pendukungnya dahulu.
Pada bahasan soal imigran, kelima kandidat mengeluarkan komentarnya. Le Pen, yang dikenal karena sikap keras nya anti imigran, berbicara mendukung langkah penutupan perbatasan negara. Dia mendesak Perancis harus menangani masalah itu sendiri, “Kita tidak bisa mengandalkan Yunani untuk menangani arus migran.” kata Le Pen.
Menanggapi penolakan Le Pen atas imigran, mantan Menteri Perekonomian Macron, rival sentris Le Pen, berpendapat bahwa aliran imigran dapat diatasi melalui kerjasama yang lebih intensif dengan sesama negara sahabat di Uni Eropa.
Soal isu Islamisasi juga menjadi bahasan paling panas diantara semua kandidat. Perancis sedang galau merasa sekularisme dinegara itu diancam dengan kehadiran Islam. Dan disebutkan pengaruh Islam membuat efek negatif bagi penduduk Perancis.
Ajaibnya, Le Pen bersikukuh menunjukan bukti islamisasi di Perancis adalah ditemukannya pengunjung pantai memakai “burkini”, kata dia ini adalah bukti konkret bahwa Perancis terancam dengan Islamisasi radikal.
Burkini adalah hijab khusus yang dipakai peremuan muslim ketika berenang. Tahun lalu memang sempat mencuat menjadi isu panas di Perancis karena polisi mengejar siapapun yang memakai burkini dan dilarang dipakai di pantai. Oleh Le Pen katanya inilah bukti Islam radikal sudah masuk ke Perancis.
Populasi muslim di Perancis termasuk tinggi sejak 3 abad silam. Ini karena penjajahan Perancis dilakukan sekian abad lamanya dinegara mayoritas muslim di Afrika sampai Timur Tengah.
Karena itu bahasa Perancis juga menjadi bahasa resmi dipelosok Afrika. Rupanya Perancis lupa dengan sejarah, mereka dahulu menjadi penjajah dan sekarang cuci tangan tidak mau penduduk negara jajahannya masuk ke Perancis (hsg)