Formasi Tepat dan Lini Belakang Kuat
Pragmatis! Itulah approach yang dipilih Coach Alfred Riedl saat Timnas tampil di Hanoi, Rabu lalu.
Coach Riedl hanya mau Indonesia lolos ke final. Maka, cara paling efektif untuk mencapai tujuan itu adalah mempertahankan keunggulan agregat (2-1) dengan menahan Vietnam, sambil berusaha mencetak gol. Lantas, bagaimana formasi disusun untuk merealisasikannya?
Pada tulisan terdahulu, penulis berharap Coach Riedl menduetkan Fachruddin Aryanto dengan Hansamu Yama Pranata di jantung pertahanan. Ternyata, kebetulan, Coach Alfred Riedl melakukan hal itu.
Penulis juga membayangkan Manahati Lestusen jadi starter, karena kualitasnya dalam semua aspek permainan bertahan dan, secara kebetulan lagi, Coach Riedl memainkan Manahati sebagai starter.
Ketiga pemain tersebut, bersama seluruh rekan mereka termasuk penjaga gawang Kurnia Meiga tampil sangat cemerlang! Terlepas dari taktik yang cenderung defensif dari Timnas, kita tak pantas menuntut lebih banyak lagi!
Bahkan, Timnas mampu mencetak dua gol. Visi permainan sekaligus teknik yang hebat diperlihatkan oleh kapten Boaz Solossa dalam proses lahirnya gol pertama Timnas oleh gelandang serang Stefano Lilipaly.
Lalu, gol kedua di babak pertama perpanjangan waktu. Coba kita rewind lagi, bagaimana tenang dan matangnya seorang Manahati Lestusen mengeksekusi pinalti. Poinnya, formasi dan komposisi pemain yang tepat adalah kunci!
Formasi dan komposisi ini disiapkan sesuai dengan situasi dan target tertentu. Jika di Hanoi targetnya adalah lolos dengan strategi main imbang dengan mencetak satu gol atau dua gol, dst, maka partai kandang melawan Thailand nanti jelas sebuah situasi berbeda. Yang pasti, lini belakang harus lebih tangguh. Tapi, itu saja belumlah cukup!