Jombang, reportasenews.com – Prasasti berupa batu nisan yang bertuliskan pesan terakhir mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebelum wafat diresmikan Keluarga Besar Gus Dur. Prasasti tersebut terbuat dari batu berharga yang diperkirakan usianya ribuan tahun.
Putri Almarhum Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh, mengatakan proses pembuatan prasasti tersebut sudah disiapkan sejak lama, sekitar satu tahun. Setelah desain jadi dan semua bahan tersedia, prasasti tersebut akhirnya dipasang pada 21 Juni 2017. Sejak saat itu, prasasti tersebut masih ditutupi selubung kain putih.
Perempuan yang akrab disapa Yenny Wahid tersebut mengatakan pembukaan prasasti dilakukan secara sederhana Sabtu (9/9) malam. “Hanya tahlilan bersama keluarga dan beberapa teman dekat Gus Dur,” katanya, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/9).
Menurut dia, isi prasasti di makam tersebut adalah pesan yang pernah disampaikan Gus Dur semasa hidup. Sebelum wafat, Gus Dur ingin di makamnya ditulisi “Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan”. Pesan tersebut baru bisa terwujud setelah hampir sewindu Gus Dur wafat dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.
Tulisan dari pesan tersebut juga dibuat dalam empat bahasa, yaitu, Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan Tiongkok. “Itu untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur,” tegasnya.
Prasasti yang berukuran 115 x 60 sentimeter dengan tinggi 45 sentimeter juga dibuat dari bahan yang cukup istimewa. Prasasti tersebut tersusun dari tiga batu yang diperkirakan berusia lebih dari ribuan tahun.
Untuk batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat batu onyx hijau yang berasal dari Persia. Sementara, tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, yang merupakan batu marmer dari Italia.
Peresmian tersebut dilakukan secara langsung oleh istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Ia didampingi dua anaknya yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa) dan Yenny Wahid. Selain itu, beberapa keluarga dan orang dekat Gus Dur seperti Ngatawi Al-Zastrow, serta sejumlah pengasuh pondok juga hadir.
Gus Dur yang juga mantan presiden tersebut wafat 30 Desember 2009 lalu. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, satu lokasi dengan makam kakeknya, KH Hasjim Asy’ari yang merupakan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama serta ayahandanya KH Wahid Hasjim, yang juga tokoh negara.(dif)