Malang,reportasenews.com – Produk Industri Kecil Menengah (IKM) Kota Malang baik makanan maupun minuman terancam gulung tikar menyusul banyaknya produk dari daerah lain mulai membanjiri Kota Malang. Selain karena persaingan usaha yang semakin ketat, kondisi ini juga menyebabkan produk khas Malang semakin hari mengalami penurunan.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian Kota Malang, Subhan, penyebab merosotnya IKM khas Malang ini karena animo masyarakat sekarang ini sudah berubah, mereka lebih minat belanja produk baru dari luar kota daripada produk lokal.
“Serbuan banyaknya usaha dari luar Kota Malang tidak bisa dipungkiri. Hal itu menjadi sebuah kelaziman dari kekinian,” katanya kepada wartawan, Selasa (5/9).
Ia mengungkapkan, keluhan itu disampaikan para pelaku IKM terutama yang berbasis makanan olahan. Rata-rata mereka mengeluhkan ketatnya persaingan usaha. Pengusaha luar Malang juga bermain mengembangkan usaha berbahan baku lokal, menyaingi produk yang ada sebelumnya.
“Berbagai produk pakaian dan makanan yang dikembangkan pengusaha dari luar Malang untuk oleh-oleh itu dinilai mengancam kelangsungan usaha pelaku IKM lokal,” paparnya.
Kata Subhan, saat ini sedikitnya ada 16 subsektor IKM di Kota Malang yang memiliki kualitas ekspor potensial untuk dikembangkan. Namun, karena semakin ketatnya persaingan, pemerintah kota juga berupaya untuk meningkatkan daya saing serta kualitas produk lokal.
Dia menambahkan agar produk lokal tidak kalah dengan produk daerah lain, Pemkot Malang saat ini gencar memberikan beragam pelatihan dengan harapan IKM mampu bersaing dengan produk lainnya.
“Kami fokus pada usaha yang nonformal kemudian diformalkan. Artinya, IKM kuliner atau makanan dan minuman yang kebanyakan produknya asal laku, kedepannya diperbaiki mulai bahan, pengolahan, kemasan dan tampilannya,” imbuhnya.
Di Kota Malang, selama delapan tahun terakhir, IKM terus tumbuh. Pada 2009 terdapat 2.989 IKM, dan sampai semester pertama 2017 sudah berkembang menjadi 3.163 IKM. Sektor tersebut merupakan salah satu penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar, dimana terbanyak dari usaha makanan dan minuman.
Bahkan, dalam Perubahan Anggaran Keuangan APBD 2017 dan APBD 2018 difokuskan untuk gencar membuat pelatihan, peningkatan kapasitas serta menekankan pentingnya memberikan nilai tambah dengan meningkatkan kelayakan mulai bahan baku, kemasan hingga tampilan produk.(dif)