Pasuruan, reportasenews.com – Kota Pasuruan, Jawa Timur sebagai daerah produksi garam pada bulan September 2017 lalu hanya mencapai 3.058 ton. Hal ini jauh dari target yang direncanakan yakni sebesar 16.500 ton pada tahun 2017 dan terancam tidak dapat memenuhi target.
Kondisi cuaca ekstrim saat ini disebut manjadi faktor utama menjauhnya angka produksi garam selama ini. “Cuaca ekstrim mengakibatkan menurunnya produksi garam, sehingga sampai 30 September 2017, produksi garam hanya 3.058 ton saja, ”ujar Kepala Dinas Perikanan Kota Pasuruan, Sugiharto, pada wartawan, Kamis (12/10).
Menurutnya, pencapaian produksi garam tersebut jauh dari yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu pihaknya akan terus berupaya mengejar peningkatan produksi dengan melakukan upaya maksimal. Selain itu, musim kemarau yang tengah terjadi dikatakan menjadi peluang, lantaran dinilai baik untuk berproduksi.
Dijelaskannya, seluruh petani garam di Kota Pasuruan saat ini telah menggunakan pola produksi modern yakni dengan sistem geo isolator atau geo membran untuk alas garam, yang justru produksi garam dan kualitasnya cukup bagus dan banyak dilakukan oleh kalangan petani garam. “Dengan cara itu hasilnya memang terbukti, ”tandasnya.
Untuk upaya peningkatan produksi, pihaknya juga mendorong petani garam dengan memberikan bantuan operasional dan alat-alat produksi. Diantara bantuan diberikan kepada tiga kelompok usaha garam rakyat (KUGAR).
“Bantuan dari dana hibah ini diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok, ”beber Sugiharto
Ditambahkan, KUGAR Setia Kawan menerima 3 paket mesin pompa air, 5 paket kincir angin, 5 slender dan 8 penggaruk garam. Sedangkan KUGAR Samudra menerima 5 paket mesin pompa air, 5 paket kincir angin, 5 slender dan 8 penggaruk garam. Sedang KUGAR Surya Jaya menerima bantuan berupa paket rumah garam (rumah prisma).
Sementara itu, Wali Kota Pasuruan, Setiyono menghimbau kepada seluruh petani garam di Kota Pasuruan untuk membantu pemerintah, utamanya menyuplai garam. Sehingga peningkatan produksi garam mampu mengurangi dampak impor garam yang berakibat pada mahalnya harga garam di pasaran yang bisa membebani masyarakat.
“Harga garam sudah sampai Rp 6000 per kilo, itu sangat mahal karena mendekati harga beras. Maka dari itu, kita haus memompa semangat para petani garam untuk tak henti-hentinya memproduksi garam, karena cuacanya juga sangat mendukung agar target produksi garam 16.500 di kota pasuruan bisa tercapai, ”ungkap Setiyono. (abd)