Israel, reportasenews.com – Protes merebak di beberapa kota di Israel sehubungan dengan penyelidikan investigasi yang sedang berlangsung terhadap PM Israel. Netanyahu terus membantah semua tuduhan tersebut, dan menyebut demo itu sebagai kampanye politik melawannya.
Beberapa ribu orang ikut serta dalam demonstrasi di Tel Aviv melawan Perdana Menteri Israel Benjamin “Bibi” Netanyahu pada hari Sabtu karena tuduhan korupsi.
“Bibi memalukan” dan “Netanyahu harus ke penjara,” para pemrotes meneriakkan, meminta pengunduran dirinya dan pemenjaraannya.
Pawai dimulai dengan upacara agama Hanukkah dan dijalankan di bawah bendera “Kami datang untuk mengusir korupsi.”
Ribuan orang sekarang menyusuri Rothschild Blvd menuju Bima Square pic.twitter.com/Xy0RHOFBok
– Raoul Wootliff (@RaoulWootliff) 16 декабря 2017 г.
“Bibi memalukan” (catchier in Hebrew) pic.twitter.com/Qn87VQegyY
– Raoul Wootliff (@RaoulWootliff) 16 декабря 2017 г.
Protes hari Sabtu adalah “March of Shame” ketiga kalinya melawan Netanyahu dalam waktu kurang dari sebulan.
Protes serupa diadakan pada hari Sabtu di kota-kota Israel lainnya, termasuk Yerusalem, Haifa, Ashkelon dan Asdod.
Awal pekan ini, Netanyahu disidik oleh polisi untuk yang ketujuh kalinya sebagai bagian dari penyelidikan korupsi yang sedang berlangsung terhadapnya. Perdana menteri dengan tegas membantah melakukan korupsi dan mengatakan bahwa dia adalah korban kampanye kotor oleh lawan-lawan politik.
Media Israel juga melaporkan bahwa penyelidikan tersebut memiliki cukup bukti untuk membawa tuduhan suap terhadap Netanyahu.
Netanyahu sedang diselidiki dalam tuduhan korupsi yang dikenal dengan kasus nomer 1000 dan nomer 2000.
Dalam penyelidikan pertama, dia dicurigai menerima hadiah mahal dari pendukung kalangan kaya, dalam bentuk cerutu, sampanye dan perhiasan sebagai imbalan untuk memajukan kepentingan mereka.
Penyelidikan kedua menyebutkan tuduhan bahwa Netanyahu mengatur agar mendapat liputan yang menguntungkan dari lembar kerja Yedioth Ahronoth sebagai imbalan untuk menekan saingannya, demikian kata surat kabar Israel Hayom. (Hsg)