Oleh: Nanda Arne
Pemerintah punya sikap terhadap PT Feeport Indonesia ini bagaikan benci tapi rindu, orang papua biasa bilang stop bicara taputar sudah / stop omong kosong kah? Bisa padam di limit saja kah sebenarnya apa yang pemerintah mau?
Ini adalah bahasa kiasan dikalangan masyarakat papua.
Hari ini Integritas lapangan merah putih smakin bergejolak, sang pemangku kepentingan yang menjadi wakil rakyat harus menodai rakyatnya sendiri dengan cara-cara yang sangat tidak adil atas setiap kebijakan yang dibuat. Masing-masing menjalankan fungsinya untuk kepentingan diri sendiri yang selalu mengatas namakan rakyat.
Sengketa antara PT Freeport Indonesia dan Pemerintah sebenarnya bisa selesai jika pemerintah mau rendah hati untuk merevisi UU dan menjauhkan unsur serakah apalagi mengkaitkan bisnis dengan politik bahkan melebar luas sampai ke agama yang akhirnya membuat rakyatnya sendiri yang menderita.
Sampai saat ini harus sedih karena menyaksikan langsung banyak karyawan, privasi dan kontraktor banyak yang di PHK dan dirumahkan akibat dari keputusan sepihak dari pemerintah.
Perekonomian di Papua, khususnya di Timika, akan memburuk dan pastinya tingkat kriminal dan keamanan di Papua akan sangat terganggu.
Sampai saat ini, Jauh di dalam hati sebagai anak bangsa masih tetap mempercayai bahwa pemerintah sanggup membuat keputusan yang bijak untuk kedua belah pihak tanpa ditunggangi oleh kepentingan lain dan menguntungkan rakyat.
Mari pemerintah pusat khususnya Pak Jonan dan Pak Luhut datanglah langsung ke Tembagapura, satu kota kecil yang memberikan kehidupan bagi banyak orang. Lihatlah situasi yang sedang terjadi, lihatlah keberadaan Freeport dari sudut pandang yang lain. Lihatlah masyarakat 7 suku yang mendapatkan manfaat langsung dari perusahaan ini. Lihatlah dampak – dampak sosial yang akan terjadi.
Tetapi apapun itu, faktanya perusahaaan ini telah hadir menjadi berkat untuk ribuan orang dari segala suku bangsa, menjadi tumpuan bagi banyak orang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik . Pastinyan Tuhan akan tetap berkati perusahaan ini, untuk bertahan melewati masa – masa kritis yang sedang terjadi. Pada akhirnya kehendak yang terbaik dari Sang Pencipta saja yang terjadi untuk perusahaan ini, karena manusia boleh berencana tetapi keputusan tetap di Tangan Tuhan.
* Bekerja di Departement General affair section Quality of Life PT Freeport Indonesia