RAHAYU Kertawiguna, pemilik perusahaan rekaman Nagaswara dibuat geram dengan tindak pidana pembajakan yang kian merajalela di Indonesia. Akibat pembajakan lagu-lagu yang di produksi Nagasawara, pihak Nagaswara hampir tiap bulan mengalami kerugian yang jumlahnya milyaran rupiah.
“Para pembajak itu sudah keterlaluan sekali, makanya saya sudah berkali kali lapor polisi namun mereka tidak jera juga, ” ujar pria asli Bogor ini.
Yang membuat Rahayu Kertawiguna lebih jengkel lagi karena para pembajak rekaman lagu mau seenaknya saja. “Mereka tidak membayar royalty, gak membayar atau mengontrak artisnya, begitu lagunya booming langsung dibajak. Itu namanya keterlaluan sekali,” ujar Rahayu.
Ditanya tindakan apa yang telah dilakukan selama ini oleh Nagaswara menghadapi pembajakan tersebut. Rahayu dengan terbuka menjelaskan pihaknya sudah berkali-kali melaporkan masalah ini ke pihak Polri.
Dan hasilnya para pembajak lagu sudah banyak yang dijatuhi hukuman. “Catatan saya sudah ada 33 BAP terhadap para pembajak dan mereka juga di jatuhi hukuman ada yang dua tahun, ada yang satu tahun,” tandasnya.
Rahayu menjelaskan dari 33 BAP itu mayoritas adalah pembajak dari daerah di luar Jakarta. sementara dari Jakarta, sendiri belum banyak yang ditindak padahala di Jakarta merupakan terbesar terjadi pembajakan lagu.
Perang terhadap Pembajakan
Ditanya soal berapa kerugian akibat pembajakan lagu-lagu rekaman dari Nagaswara, Rahayu menyatakan sudah tidak terhitung berapa jumlah kerugian sejak Nagaswara buka di tahun 1999. “Sudah tak terhitung berapa kerugian akibat pembajakan itu bayangkan sejak 1999 kami berdiri, kalau tiap bulan kehilangan pendapatan Rp 2 milyar dan hingga sekarang sudah berapa,” kata Rahayu lagi.
Saking geramnya terhadap pembajakan, Rahayu sampai berikrar. “Saya menyatakan perang terhadap pembajak-pembajak lagu itu hingga sampai titik darah penghabisan,” ujar Rahayu lagi.
Tekad memberantas pembajakan lagu rekaman Nagaswra juga membuat Rahayu tak takut menghadapi risiko yang bakal terjadi pada dirinya maupun perusahaan miliknya. ” Pokoknya berjuang memberantas pembajakan, apapun risikonya,” tandas Rahayu.
Menurut Rahayu, kini ada sekitar 80 artis penyanyi yang di bawah naungan Nagaswara. Nagaswara merupakan perusahaan rekaman asal Indonesia. Nagaswara didirikan oleh Rahayu Kertawiguna pada 9 September 1999 di Jakarta.
Di awal berdirinya, Nagaswara hanya memproduksi lagu karaoke, musik house, remix dan berkembang menjadi label yang mempelopori lagu-lagu bergenre dance house music. Tahun 2000–2003, imej Nagaswara sudah melekat sebagai “Indonesia’s No.1 Dance Label”.
Di tahun tersebut, Nagaswara juga menjalin kerjasama dengan beberapa label multinasional dari Eropa, dan mendapatkan lisensi induk artis-artis mereka untuk diedarkan di Indonesia. Tahun 2004, Nagaswara bergabung dengan Supreme Music GmbH untuk mengedarkan album Groove Coverage, Covergirl di Indonesia.
Album dengan hits single God is a Girl milik band Jerman itu berhasil meraih angka penjualan Platinum di tanah air.
Tahun 2004, Nagaswara yang mulai berkantor di Jalan Johar 4U, Menteng, Jakarta Pusat, memproduksi album kompilasi artis lokal bekerjasama dengan stasiun radio swasta Mustang FM berjudul Gulalikustik. Album yang dirilis pada bulan September ini memperkenalkan Kerispatih, Plus Minus, After, dan Gemala.
Sebelum resmi memakai nama Nagaswara Music & Publishing di akhir tahun 2005, Nagaswara mengontrak Kerispatih dan merilis album perdana yang berjudul Kejujuran Hati. Album tersebut melahirkan hits seperti “Kejujuran Hati”, “Cinta Putih”, dan “Lagu Rindu”.
Sebagai band pendatang baru, Kerispatih banyak mencatat prestasi dan meraih berbagai penghargaan lewat album ini.
Sukses Kerispatih diikuti oleh artis-artis Nagaswara lain seperti T2 (2007), Wali (2008), Hello Band (2008), Merpati Band (2008), The Dance Company (2009), dan Zivilia (2009).
Nagaswara membuka pintu lebar bagi kehadiran artis baru yang ingin berkarya. Dengan sebutan Big Indie, hingga akhir tahun 2010, Nagaswara sudah menaungi banyak artis penyanyi dan band dari berbagai genre musik.
Menandai perubahan selera pasar kepada musik dangdut di awal tahun 2000-an, Nagaswara kemudian melahirkan banyak penyanyi dangdut seperti Zaskia Gotik, Fitri Carlina, Siti Badriah, Hesty “Klepek-Klepek” dan lain-lain.
Konsep musik EDM atau Electronic Dancedhut Music yang membalut hampir semua lagu-lagu dangdut produksi Nagaswara, menjadikan label musik ini sebagai pelopor musik dangdut modern. (ham/tan)