SOLO, REPORTASE – Sedia payung sebelum hujan. Ungkapan itu mungkin tak cocok bagi payung-payung cantik ini. Bagaimana tidak? Hampir setiap milimeter permukaannya terdapat lubang, yang pasti akan dengan mudah dilalui tetesan air hujan.
Inilah payung-payung rajut hasil karya para penggemar seni rajut Solo dan sekitarnya. Karya-karya mereka turut dipamerkan dalam Festival Payung Indonesia 2016, yang diadakan di Taman Balekambang, Banjarsari, Solo beberapa waktu lalu.
Komunitas Rajuters Solo, sebagai penggagas lomba ini, telah jauh-jauh hari mensosialisasikan lomba payung rajut ini melalui media sosial. Alhasil, untaian benang wol pun menghiasi rangka-rangka payung yang disediakan Panitia Festival Payung 2016.
Berbagai teknik rajut pun terpampang di sana. Ada teknik “granny†atau pun “tapestryâ€. Untuk pembuatan payung, teknik “tapestry†terasa lebih sulit karena harus menyesuaikan lekukan kerangka payung.
Anastasia Ana, salah seorang peserta, mengaku, meski rata-rata peserta membutuhkan waktu hingga dua pekan untuk menyelesaikan satu payung, dia mampu menuntaskan pekerjaan yang rumit ini dalam sepekan.(Elias Widhi)