Jayapura, reportasenews.com – Sebanyak 150 Balita dan anak yang berada di kampung Banti dan Kimberly, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua mulai menderita sejumlah penyakit akibat terisolasi selama dua pekan Oleh Kelompok Kriminal Bersenjata Organisasi Papua Merdeka.
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar kepada media di Timika mengatakan bahwa ratusan bayi dan Anak mulai menderita penyakit seperti Ispa dan campak. “Kelompok kriminal bersenjata saat ini masih mengintimidasi masyarakat untuk tidak meninggalkan desa. Saat ini warga kekurangan bahan makanan, kondisi kesehatannya sudah mulai melemah. Sekitar 150 warga tergolong balita, termasuk bayi, sudah tidak mendapatkan asi dari ibunya, karena ibunya kekurangan bahan makanan”. Tegasnya.
Boy menambahkan ada kebutuhan pribadi yang tidak dapat dipenuhi, berkaitan dengan masalah kebutuhan, jadi suasana kondisi seperti ini sesuatu yang tidak boleh terjadi karena pada dasarnya kita sebagai umat manusia punya hak hidup yang sama, tidak bisa membiarkan kondisi mencekam berlarut larut.
“Maklumat yang telah di keluarkan sampai pagi ini belum mendengar adanya kabar baik, hal yang pernah kita titipkan, tokoh agama, adat, pemerintahan, adalah yang penting masyarakat yang ingin keluar dari kampung tidak diganggu, berikan masyarakat kesempatan dari Kimbely dan Banti, karena keinginan, kebutuhan, tanpa adanya gangguan apapun”. Tuturnya.
Kiprah kelompok kriminal bersenjata sudah sangat banyak catatan kriminalnya, berapa personil yang gugur dalam mengamankan kondisi yang ada dari pengaruh serangan kelompok kriminal bersenjata, kondisi mencekam masyarakat tidak memiliki kebebasan, tidak memdapatkan suplay makanan yang baik, dapat dikatakan telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata, kondisi ini sangat melanggar hukum, karena Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum.
Hingga saat ini aparat TNI/ Polri mencari jalan keluar, bagaimana membantu dan menyelamatkan masyarakat dari ancaman kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata.
Kita telah membentuk satgas terpadu, TNI-POLRI bersatu untuk melaksanakan tugas, dalam menyelamatkan nilai kemanusiaan yang terjadi di kampong Banti dan Kimbely.
Aparat juga tentunya akan tetap fokus upaya penyelamatan, atas nama kemanusiaan kita lakukan langkah-langkah penyelamatan. Rasa aman berkaitan dengan masalah kondisi privasi yang tentunya mereka miliki, jadi kita terimakasih atas support dan dukungan.
Kita sudah pelajari bahwa mereka kelompok kriminal bersenjata tidak segan-segan menghabisi nyawa, dan itu sudah terbukti. Akan kita sampaikan kepada rekan-rekan, langkah persuasif dan preventif telah kita lakukan. Pilihan yang harus dilakukan aparat negara atas nama Undang-undang, untuk kegiatan yang diperlukan dalam rangka memulihkan keamanan masyarakat, diupayakan dalam waktu yang tidak terlalu lama. (riy)