Menu

Mode Gelap

Flora Fauna · 10 Jan 2018 07:47 WIB ·

Ratusan Kelelawar Tewas Akibat Gelombang Panas di Sydney


					Ratusan Kelelawar Tewas Akibat Gelombang Panas di Sydney Perbesar

Australia, reportasenews.com – Di pinggiran kota Sydney di Penrith sempat menjadi berita utama pada hari Minggu akibat sapuan gelombang panas hingga suhu di 47C, di barat daya kota, panas yang ekstrem memakan korban terbesarnya.

Di Campbelltown, yang merupakan rumah bagi koloni besar rubah terbang, cuaca panas menyebabkan beberapa kelelawar – terutama usia muda – untuk menyerah pada sengatan panas, dan lebih dari 200 kelelawar dilaporkan tewas.

Kelompok penyelamatan satwa liar setempat, WIRES, adalah salah satu organisasi penyelamatan yang berusaha menolong hewan yang terpanggang ini. Kelompok tersebut berhasil menyelamatkan 120 kelelawar, menyatukan mereka kembali dengan ibu mereka. Sedangkan 40 ekor lainnya dibawa ke perawatan intensif.

Kelelawar muda rentan terhadap suhu di atas 35C, dan orang tua mereka juga mengalami kondisi kepayahan saat suhu naik di 40C.

Menurut ilmuwan hewan, Tania Bishop, kelelawar mencari keteduhan dan mulai mengipas diri sendiri saat suhu naik. Pembuluh darah di kulit mereka melebarkan tubuh mereka.

Upaya alamiah kelelawar ini terbatas, karena untuk meningkatkan panas tubuh inti yang dihasilkan oleh otot dada, dan akhirnya kondisi ini melampaui pendinginan tubuh mereka dari usaha pengipasan. Sukarelawan terkadang menyemprot air dipohon tempat koloni tempat berlindung dalam upaya membuat mereka tetap tenang.

Seperti baru-baru ini di bulan Februari tahun silam, lebih dari 2.000 kelelawar dilaporkan menyerah pada suhu di atas 45C di daerah Richmond Valley, New South Wales.

Studi terbaru menunjukkan bahwa gelombang panas seperti itu cenderung menjadi lebih sering di tahun-tahun mendatang.

Laporan 2014 oleh Dewan Iklim Australia, yang menyebutkan efek kekeringan akan lebih kuat disisi Tenggara.

Australia adalah rumah bagi empat spesies flying fox: hitam, berkepala abu-abu, spectakled, dan kelelawar merah. Jumlah dua spesies terakhir telah turun 95 persen selama satu abad terakhir.

Hilangnya habitat disebabkan oleh penembakan, dan bahaya lain buatan manusia seperti kabel listrik, kawat berduri dan halaman belakang. Kini perubahan iklim masuk dalam daftar bahaya baru yang membuat prospek hidup jangka panjang bagi makhluk-makhluk ini tampak suram. (Hsg)

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Antisipasi Ancaman Siber yang Kian Komplek Moratelindo dan TKMT Dorong Keamanan Jaringan Bisnis

9 Mei 2025 - 19:37 WIB

Dalam Penetapan Hutang, Hakim MK Minta PUPN Tunjukan Dasar Dokumen Rekening Koran

8 Mei 2025 - 10:53 WIB

Rumah Tajwid, Menyatukan Ilmu dan Amal di Tanah Eropa

6 Mei 2025 - 18:33 WIB

Dirjen Kekayaan Negara  Rionald Silaban Dimintai Keterangan Pengadilan MK Terkait Permohonan Uji Materi Andri Tedjadharma

2 Mei 2025 - 00:31 WIB

Relawan Covid-19 Rela Wakafkan Hidupnya Demi Bantu Sesama

21 April 2025 - 09:04 WIB

CBA : Copot Semua Jajaran Direksi dan Dewan Komisaris Bank DKI !

17 April 2025 - 08:55 WIB

Trending di Ekonomi