WASHINGTON, REPORTASE NEWS: Memasuki tahun 2050 diperkirakan sampah plastik yang ada diperairan laut akan melebihi jumlah ikan seluruh samudra. Situasi ini sungguh mengerikan.
Peringatan bahaya “kiamat besar sampah plastik†disamudra lepas ini diutarakan dalam World Economic Forum, jika semua pihak tidak mengambil tindakan pencegahan, maka lautan tidak akan tertolong lagi dan merusak seluruh ekosistem disana. Saat ini hasil penelitian mengatakan bahwa separuh lebih isi perut penyu laut dan ikan laut sudah ditemukan berbagai jenis sampah plastik, artinya mahluk laut ini memakan plastik, dan ini seungguh malapetaka yang mengerikan, demikian diulas The Washington Post.
Menurut laporan industri plastik dunia, penggunaan bahan baku produk plastik diseluruh dunia telah meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir, dan diharapkan dua kali lipat lagi dalam 20 tahun ke depan. Pada tahun 2050, akan membuat lebih dari tiga kali lipat barang-barang plastik tersedia dipasaran seperti yang sudah terjadi ditahun 2014.
Sekitar sepertiga dari semua plastik yang dihasilkan disistem pengumpulan sampah ternyata tidak berakhir dalam pembuangan daur ulang, plastik ini lantas tersebar melewati saluran air hingga akhirnya terbuang dilaut, mengambang di samudra lepas atau didalam perut beberapa burung laut.
Jumlah sampah yang tersebar dilaut sekitar 8 juta metrik ton per tahun, seperti disebutkan oleh Jenna Jambeck dari University of Georgia, dia memberikan estimasi sekitar “Lima tas penuh berisi plastik untuk setiap 3 meter dari garis pantai diseluruh dunia.â€.
Kehadiran sampah plastik ini akan membuat manusia akan merogoh biaya membersihkan sekitar $ 13 miliar per tahun, dan ini akan memberikan kerugian bagi industri pariwisata, serta industri penangkapan ikan skala besar. Situasi ini mengganggu ekosistem laut dan mengancam keamanan pangan bagi orang-orang yang bergantung pada industri berkelanjutan diperikanan laut.
Menurut laporan, lebih dari 70 persen sampah plastik yang diproduksi berujung kedalam tempat akhir pembuangan sampah, atau terlepas kedalam saluran air. Bahan bakar minyak industri yang dipakai untuk membuat kemasan plastik saat ini sekitar 6 persen dari konsumsi minyak global.
Pada 2050. jumlah konsumsi minyak industri ini akan melejit sekitar 20 persen, ini akan membuat sumbangan 1 persen dari polusi karbon secara global (jumlah maksimum emisi dunia yang aman agar bisa mencegah kenaikan suhu global agar jangan sampai lewat dari 2 derajat Celsius).
Menurut estimasi, pada tahun 2050, kata laporan itu, industri plastik akan menggelontorkan 15 persen polusi karbon kita keudara lepas bagi pembuatan jenis botol soda, tas belanja plastik dan sejenisnya.(HSG/ Wahingston Post)