Yogyakarta- Hari Kartini selalu menjadi pengingat perjuangan R.A. Kartini dalam menyetarakan derajat perempuan. Kartini bukan hanya dikenal sebagai pahlawan emansipasi perempuan, tetapi Kartini juga dikenal sebagai perempuan yang memperkenalkan batik pada zamannya. Perjuangan R.A. Kartini telah menjadi inspirasi bagi pelaku UKMK Batik Sawit Binaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Miftahudin Nur Ihsan (Ihsan), untuk terus memberikan kontribusi melalui pemberdayaan Ibu-Ibu pembatik. Melalui usaha yang dirintis bersama istrinya, Dinar Indah Lufita Sari, dengan brand Sm-art Batik (CV. Smart Batik Indonesia), Ihsan mencoba menggandeng puluhan Ibu-Ibu pembatik di wilayah Jogja dan Jawa Tengah. Usaha batik yang didirikan pada tahun 2018 tersebut mengalami perkembangan yang signifikan setelah Ihsan bertemu dengan BPDPKS pada kegiatan pameran Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia 2023 di Makassar.
Pada kegiatan tersebut, Ihsan berkunjung ke booth BPDPKS dan mulai mengenal potensi sawit di industri batik. Mulai dari situ, alumni penerima beasiswa LPDP tersebut, mencoba memproduksi batik dengan menggunakan malam sawit, tepatnya pada bulan Agustus 2023. Gayung bersambut, sampel batik sawit yang diproduksi Ihsan ternyata memperoleh apresiasi dari Divisi UKMK BPDPKS, sehingga Smart Batik diberikan peluang dan kesempatan untuk melakukan promosi batiknya, melalui berbagai kegiatan. Kesempatan tersebut diantaranya adalah promosi dalam kegiatan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Nusa Dua Bali, Forum Sawit Indonesia 2023 di Yogyakarta, dan pameran International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2024 di Jakarta. Selain itu, Ihsan juga diundang menjadi narasumber kegiatan UKMK BPDPKS di beberapa daerah, seperti di Palembang, Malang, Medan, dan Yogyakarta.
Kesempatan-kesempatan yang diberikan BPDPKS tersebut, tidak membuat Ihsan nyaman. Sebaliknya, dengan adanya kepercayaan yang diberikan, Ihsan terus mengembangkan industri batik sawitnya. Dibantu istrinya yang juga merupakan mahasiswi doktoral ilmu kimia UGM, Ihsan dan tim Smart Batik berhasil menemukan formula pembuatan malam sawit dengan bahan sederhana. Selain itu, saat ini Smart Batik telah berhasil membuat batik dengan pewarna dari bahan sawit. Motif-motif yang dikembangkan pun saat ini bernuansa sawit, mulai dari motif klasik yang dimodifikasi dengan unsur tanaman sawit, hingga motif-motif batik kontemporer.
Dari sisi kontribusi, saat ini Sm-art Batik telah melibatkan 56 pembatik, dimana 53 pembatik merupakan Ibu-Ibu di pedesaan dengan rata-rata pendidikan SD dan SMP. Jumlah ini meningkat pesat dari sewaktu Sm-art Batik belum menjadi mitra binaan BPDPKS. Sebelumnya, jumlah pembatik yang terlibat di Sm-art Batik hanya 20 orang. Ihsan menjelaskan, kebahagiaan terbesarnya adalah ketika dapat melihat Sm-art Batik mampu berkontribusi untuk banyak orang. “Saya sangat bersyukur dapat berjumpa dengan BPDPKS dan ikut mengembangkan industri batik berbasis sawit. Dari sini, saya semakin bahagia, karena saat ini Sm-art Batik bisa menjadi perantara rezeki untuk lebih banyak pembatik. Utamanya, tentu saja Ibu-Ibu, dari hasil membatik bisa untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengisi waktu luang mereka dengan hal yang positif” ujar lulusan terbaik jurusan Entrepreneurship program MBA UGM tersebut.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansah, juga sangat mengapresiasi progres yang ditunjukkan oleh Sm-art Batik. “Sm-art Batik dapat menjadi salah satu contoh baik untuk UKMK-UKMK Sawit BPDPKS. Dari awal kelihatan sangat bersemangat dan terus menunjukkan inovasi-inovasi, baik dari produk, motif, maupun proses produksi. Kami berharap, nantinya semakin banyak UKMK-UKMK Sawit yang berkembang dan mampu menjadi inspirasi untuk UKM lainnya,” kata Helmi.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Divisi LKCS BPDPKS sekaligus Ketua Tim Implementasi Pengarusutamaan Gender BPDPKS, Aida Fitria, menambahkan bahwa apa yang telah dilakukan Sm-art Batik sejalan dengan upaya implementasi pengarusutamaan gender. “Dengan memperkerjakan ibu-ibu pedesaan, CV. Smart Batik Indonesia juga telah berperan dalam upaya pengarusutamaan gender. Melalui hal tersebut, diharapkan tercipta kesejahteraan dan kemandirian ekonomi bagi pembatik Perempuan, sehingga nantinya akan hadir pembatik-pembatik perempuan yang dapat membawa batik indonesia semakin mendunia. Sejarah telah mencatat bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang sebagian besar dimiliki oleh perempuan telah mendorong ekonomi indonesia dan dapat membantu Indonesia bangkit dari krisis,” kata Aida.