Menu

Mode Gelap

Entertainment · 24 Feb 2017 15:16 WIB ·

Seniman-Sastrawan Tua Dipenghujung Nasib


					Sastrawan Gerson Poyk, bukan sekedar laki-laki asal Pulau Rote, yang telah mengukir penanya di jagad sastra Indonesia dan khususnya NTT tanpa 'greget' yang mumpuni. Ketika hidup masih banyak yang tak tahu siapa dia, setelah tiada, mereka baru tahu Bapak adalah perintis sastra, jurnalistik dan dunia literasi NTT. Perbesar

Sastrawan Gerson Poyk, bukan sekedar laki-laki asal Pulau Rote, yang telah mengukir penanya di jagad sastra Indonesia dan khususnya NTT tanpa 'greget' yang mumpuni. Ketika hidup masih banyak yang tak tahu siapa dia, setelah tiada, mereka baru tahu Bapak adalah perintis sastra, jurnalistik dan dunia literasi NTT.

Oleh: Fanny Jonathans Poyk

Banyak seniman/sastrawan ketika tua dan sakit tidak punya dana untuk berobat. Beruntung mereka memiliki BPJS, namun pembayaran tiap bulan yang harus mereka lakukan, terkadang tergantung pada penghasilan mereka sebagi penulis, hingga tak jarang akhirnya tunggakan pembayaran menjadi berlipat ganda, belum lagi ditambah denda bulanan yang harus dibayar.

Yang tidak memiliki BPJS, akan terkapar jatuh dalam diam di rumah kontrakan, atau rumah anak-anak  mereka.

Seniman atau sastrawan adalah orang-orang berjiwa sosial, jangan salahkan mereka dengan kata-kata ‘tidak becus memanage kehidupan’ sebab nurani mereka tak bisa terbendung bila melihat teman-teman mereka yang menderita.

Mereka mahluk penuh empati yang diciptakan Tuhan, tidak ada keserakahan dalam diri untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya, jangankan harta, punya seliter atau dua liter beras pun rela mereka berikan pada teman-teman mereka yang kesusahan.

Mereka mahluk spartan yang tidak menumpuk harta, karena bagi mereka hidup adalah seni dan seni adalah keabadian serta keindahan yang harus dinikmati oleh siapa saja. Seni adalah memberi tanpa imbalan.

Fanny Jonathan Poyk, sastrawan, penulis buku.

Fanny Jonathan Poyk, sastrawan, penulis buku.

 

Dan sungguh ironi bila melihat perbandingan yang ada, dimana sang koruptor menumpuk harta tanpa kenal malu, merekayasa segalanya demi harta, tidak memiliki empati bahkan rasa iba. Akan sangat pedih bila melihat para seniman/sastrawan terkapar tak berdaya dalam kesendirian tanpa anak maupun isteri.

Mereka tidak pernah meminta balasan, karya yang mendunia mereka wariskan tanpa pernah menuntut perhatian dari siapa pun. Mereka adalah orang-orang yang tulus, buat mereka hidup untuk seni dan karya menjadi kebanggaan masyarakat luas  tidak membuat mereka  jumawa.

Hingga tua dan sakit-sakitan mereka tetap tak berlebihan secara materi. Karena mereka adalah mahluk sosial yang memberi tanpa meminta imbalan. Mohon pemerintah memperhatikan kehidupan dan masa tua mereka lebih serius, sebab nama Indonesia terus mereka perkenalkan melalui karya-karya mereka….salam literasi.

*Fanny Jonathans Poyk, sastrawan, penulis buku Perjuangan para Ibu : Anakku Pecandu Narkoba (Erlangga), Narkoba Sayonara (Esensi, 2006) serta yang terbaru Suamiku Dirampok Orang, yang diterbitkan secara indie.

 

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mengawali Masa Siaga Ramadhan, PLN UIT JBT Lakukan Audiensi dengan BPN, Perkuat Kolaborasi Pengamanan Aset

13 Maret 2025 - 20:20 WIB

Berkah Ramadhan, PLN UIT JBT Nyalakan Listrik, Wujudkan Mimpi Masyarakat dalam Light Up The Dream

12 Maret 2025 - 19:00 WIB

General Manager PLN UIT JBT Terjun Langsung di Titik Banjir, Pantau Penanganan Gardu Induk Terdampak

7 Maret 2025 - 19:41 WIB

Gelaran Retreat Kepala Daerah di Magelang Selesai, PLN UIT JBT Sukses Kawal Kelistrikan Tanpa Kedip

4 Maret 2025 - 23:10 WIB

Retreat Kepala Daerah di Magelang, PLN UIT JBT Siagakan Petugas 24 Jam Siap Kawal Sistem Transmisi Andal 

4 Maret 2025 - 22:54 WIB

PLN UIT JBT Luncurkan Program GROW Transmission, Dukung Penuh Transisi Energi Hijau di Indonesia

4 Maret 2025 - 22:41 WIB

Trending di Nasional