Oleh: Fanny Jonathans Poyk
Banyak seniman/sastrawan ketika tua dan sakit tidak punya dana untuk berobat. Beruntung mereka memiliki BPJS, namun pembayaran tiap bulan yang harus mereka lakukan, terkadang tergantung pada penghasilan mereka sebagi penulis, hingga tak jarang akhirnya tunggakan pembayaran menjadi berlipat ganda, belum lagi ditambah denda bulanan yang harus dibayar.
Yang tidak memiliki BPJS, akan terkapar jatuh dalam diam di rumah kontrakan, atau rumah anak-anak mereka.
Seniman atau sastrawan adalah orang-orang berjiwa sosial, jangan salahkan mereka dengan kata-kata ‘tidak becus memanage kehidupan’ sebab nurani mereka tak bisa terbendung bila melihat teman-teman mereka yang menderita.
Mereka mahluk penuh empati yang diciptakan Tuhan, tidak ada keserakahan dalam diri untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya, jangankan harta, punya seliter atau dua liter beras pun rela mereka berikan pada teman-teman mereka yang kesusahan.
Mereka mahluk spartan yang tidak menumpuk harta, karena bagi mereka hidup adalah seni dan seni adalah keabadian serta keindahan yang harus dinikmati oleh siapa saja. Seni adalah memberi tanpa imbalan.

Fanny Jonathan Poyk, sastrawan, penulis buku.
Dan sungguh ironi bila melihat perbandingan yang ada, dimana sang koruptor menumpuk harta tanpa kenal malu, merekayasa segalanya demi harta, tidak memiliki empati bahkan rasa iba. Akan sangat pedih bila melihat para seniman/sastrawan terkapar tak berdaya dalam kesendirian tanpa anak maupun isteri.
Mereka tidak pernah meminta balasan, karya yang mendunia mereka wariskan tanpa pernah menuntut perhatian dari siapa pun. Mereka adalah orang-orang yang tulus, buat mereka hidup untuk seni dan karya menjadi kebanggaan masyarakat luas tidak membuat mereka jumawa.
Hingga tua dan sakit-sakitan mereka tetap tak berlebihan secara materi. Karena mereka adalah mahluk sosial yang memberi tanpa meminta imbalan. Mohon pemerintah memperhatikan kehidupan dan masa tua mereka lebih serius, sebab nama Indonesia terus mereka perkenalkan melalui karya-karya mereka….salam literasi.
*Fanny Jonathans Poyk, sastrawan, penulis buku Perjuangan para Ibu : Anakku Pecandu Narkoba (Erlangga), Narkoba Sayonara (Esensi, 2006) serta yang terbaru Suamiku Dirampok Orang, yang diterbitkan secara indie.