Rusia, reportasenews.com : Amerika rupanya masih meradang karena Donald Trump jadi presiden. Sikap “gondoknya” AS lantas sibuk mencari siapa yang layak dijadikan kambing hitam atas kalahnya Hillary Clinton. Dan hasilnya, Gedung Putih menuduh Alisa Shevchenko salah satu perempuan muda Rusia yang disebut sebagai hacker yang membobol sistem pemilu AS.
Menurut Gedung Putih, Alisa Shevchenko adalah hacker muda Rusia berbakat, yang dikenal bekerja sama dengan perusahaannya untuk menemukan kerentanan dalam sistem pemilu AS. Dia menghabiskan musim dingin nya di Asia, bermeditasi. dan ikut pelatihan Thai kickboxing. Dia juga, klaim Gedung Putih, bersalah membantu Vladimir Putin ikut campur dalam pemilu AS.
Perusahaan miliknya ZOR, masuk dalam daftar sanksi AS yang dirilis pekan lalu, bersama petugas top di badan intelijen Rusia GRU militer dan dua orang hacker kriminal yang terkenal. Perusahaan dia dituduh telah “memberikan asistensi kepada anggota GRU dengan teknis penelitian dan pengembangan”, menurut dokumen yang dirilis oleh Gedung Putih. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
Shevchenko mengatakan kepada Guardian dia sangat marah pada tudingan kepada perusahaannya, dan menyangkal pernah memiliki hubungan kerja untuk pemerintah Rusia. Dia menyangkal itu melalui email terenkripsi, dari lokasi yang katanya berada di “daerah pedesaan liar beberapa jam dari Bangkok”.
Dalam jawaban yang menantang, dan kadang-kadang kasar, ia mencela “histeria yang sinting ada disekitar seluruh cerita tentang ‘hacker Rusia'”.
Dia menyarankan bahwa otoritas AS teledor akibat “salah tafsir dalam membaca fakta teknis kompeten” atau telah tertipu oleh “informasi palsu untuk menjebak perusahaan saya”. Mereka yang bisa memiliki minat menjebak dia bisa berasal dari kelompok pesaingnya, intelijen AS, atau intelijen Rusia, kata Shevchenko.
“Seorang hacker perempuan muda dan perusahaan kecil seperti saya memang cocok dijadikan sasaran. Tidak ada yang saya sembunyikan, saya sering bepergian, dan saya orang yang komunikatif ramah. Dan yang paling penting, saya tidak punya uang besar, kekuasaan, atau koneksi di belakang saya untuk disalahkan. Jadi benar-benar, itu bisa siapa saja pelakunya.”
Intelijen AS percaya server partai Demokrat dihack oleh kelompok yang dikenal sebagai “Fancy Bear”, “APT 29” atau “Sofacy”, mereka dikatakan bekerja untuk GRU, intelijen militer Rusia. Di sektor swasta, atribusi langsung ke GRU datang paling jelas dari perusahaan AS “Crowd Strike”, yang berpengaruh di kalangan keamanan AS. Pemerintah AS percaya email yang diretas kemudian bocor – mungkin melalui perantara – dan ditangkap oleh Julian Assange dari WikiLeaks.(HSG/ Guardian)