Pulau Pramuka, Â reportasenews.com- Sirait, Â 52 tahun adalah salah seorang pedagang kopi seduh asongan, yang berjualan selama pelayaran kapal dari Dermaga Kali Adem menuju Pulau Panggang atau Pulau Pramuka.
Ia tekun menjalani profesinya sebagai tukang kopi seduh di Kapal Motor Nusantara yang  berlayar dari Jakarta ke pulau terjauh selama dua setengah jam hingga tiga jam.
Sudah tiga tahun dia meninggalkan pekerjaan lamanya, sebagai mandor disebuah proyek pembangunan gedung di Jakarta.
Karena pemborong ditempatnya bekerja mengalami kebangkrutan, Â Sirait terpaksa alih profesi menjadi penjaja minuman di kapal dengan trayek Pelabuhan Kali Adem ke Pulau Harapan atau Pulau Pramuka.
Hari ini tampaknya bukan hari keberuntungan buat Sirait. KM Nusantara hari ini hanya bermuatan sekitar 200 penumpang. Pada hal biasanya kapal ini biasa mengangkut penumpang sebanyak 300 orang.
Selain minim penumpang, Â sebagian besar penumpang juga mengalami mabuk laut dan tergolek lemas di dek.
Hanya tujuh orang penumpang yang memesan kopi panas buatan Sirait, dengan harga segelasnya lima ribu rupiah. Artinya bujang lapuk ini hanya mengantongi uang 35 ribu rupiah saja.
“Hari ini ombak besar sehingga kapal bergoyang keras. Penumpang pada mabok jadi gak jajan pak, ” ujar lelaki kelahiran Deli Serdang, Â Sumatera Utara.
Selain menyediakan kopi seduh berbagai merek, Â Sirait juga menjual rokok ketengan. Jika dibanding dengan kopi seduh, Â lebih laris jualan rokok. Tapi keuntungan dari rokok lebih sedikit dibanding jual kopi seduh.
“Sebungkus rokok cuma dapet untung dua rebu perak. Kalau jual ketengan lebih besar dikit pak, ” ungkap Sirait dengan wajah murung.
Pedagang asal Sumut ini juga menjelaskan soal pemukiman miliknya di Kali Adem yang sangat sederhana. Dengan membangun bedeng di atas air laut, Â dia menghabiskan uang sampai tujuh juta.
“Dibanding saya ngontrak kamar, paling mutah tiga ratus ribu. Dengan modal lima juta bisa bebas pake selama lima tahun, ” kata Sirait.
KM Nusantara dan kapal lainnya memang disediakan sebagai sarana transportasi penduduk di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
Setiap harinya kapal-kapal ini melayai warga atau wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu.
“Jadwal keberangkatan setiap kapal dimulai sejak pukul tujuh pagi, Â jika lewat jam tersebut terpaksa menunggu hari esok, ” terang Hendra seorang Dive Master yang biasa menggunakan kapal untuk membawa rombongan penyelam asal Jakarta ke Pulau Pramuka atau Pulau Pari (win)