Surabaya, reportasenews.com – Surabaya memang dikenal sebagai ‘surganya’ kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Saat marak penolakan terhadap para LGBT, di Surabaya dan daerah sekitarnya seperti Sidoarjo, Malang dan lainnya tak banyak reaksi penolakan yang dilakukan para aktivis penolak LGBT.
Beberapa tahun lalu malah para aktivis LGBT ini mendapat tempat untuk mereka mangkal tetap dan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat, sebelum dibubarkan oleh aparat. Sebut saja kawasan ‘Pataya’ (seperti Pantai di Thailand) lokasi yang berada di seberang Plasa Surabaya. Lokasi ini merupakan tempat para kaum gay mangkal. Saban malam, ratusan gay berada di tempat ini, entah itu menjajakan diri atau menjaring pasangan baru.
Disebut Pataya karena lokasinya di sepanjang jalan di pingir kali Surabaya. Pengunjung Pataya ini tidak saja para aktivis gay lokal melainkan banyak artis dari Jakarta yang kerap mencari pasangan gay di tempat ini.

Para waria yang mangkal di sepanjang Jalan Irian Barat, sebelum di bubarkan aparat. (foto: istimewa)
Masih sekitar Plasa Surabaya, tempat lain adalah Jembatan California (Calfor) sebuah Jembatan depan Hotel Plasa Surabaya tempat mangkalnya ‘Kucing’ yakni PSK laki-laki untuk para gay. Di lokasi ini puluhan ‘Kucing’ mangkal untuk menjerat para pelanggannya. Tarifnya pun cukup murah saat itu berkisar Rp 50.000 – Rp 150.000 sekali kencan.
Kalau dua lokasi itu merupakan tempat mangkal kaum gay, di Jalan Irian Barat (Irba) merupakan tempat mangkal kaum Waria. Para waria banyak tersebar di sepanjang jalana ini dengan dandanan bak wanita, mereka akan menggoda setiap laki-laki yang lewat di Irba waktu malam hari.
Namun tiga lokasi ini sudah dibubarkan aparat keamanan. Para aktivis LGBT kini berbaur dengan warga, saban malama mereka pindah tongkrongan di Taman Bungkul. Para aktivis LGBT menjuluki tongkrongan baru dengan Istambul (Istana Taman Bungkul). Di lokasi ini para kaum gay dan lesbian cukup aman dari gerebekkan aparat karena berbaur dengan pengunjung Taman Bungkul lainnya.
“Kalau di Istambul kan aman dari gerebekkan di tempat ini kami berbaur dengan para pengunjung lainnya, jadi aman deh gak dibubarin lagi,” ujar salah seorang aktivis gay yang enggan disebutkan namanya.

Kawasan Pemakaman Kembang Kuning, tampat mangkal waria di Surabaya. (foto: istimewa)
Sementara para waria memilih tempat di Bundaran Waru, sekitaran Kali Jagir atau di bawah Jembatan Tol Gunungsari. Bahkan komplek makam Kembang Kuning kian ramai dijadikan tempat mangkal para kaum waria. Namun di tempat ini pun terkadang aparat keamanan juga melakukan razia.(ham)