Probolinggo, reportasenews.com – Sebuah tarian khas warga di lereng Gunung Argopuro, tepatnya di Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, tidak hanya menjadi hiburan bagi warga setempat, akan tetapi tarian bernama “Rinenggo Manis” itu membawa pesan moral tersendiri bagi masyarakat luas.
Selain dengan gerakan yang lembut, tarian ini adalah refleksi dari keanggunan paras wajah dan kesopanan perilaku dari warga setempat di lereng Gunung Argopuro. Penampilan tari Rinenggo Manis ini memantik perhatian warga setempat dan masyarakat luas di Kabupaten Probolinggo, ketika tampil di pendopo agung yang menjadi ikon lokasi wisata Ayer Dingin Resort, beberapa hari lalu.
Dalam gerakan tarian tersebut, selain merupakan sebuah ekspresi dari kecantikan paras wajah, keluruhan budi, tarian itu juga memperagakan kesopanan perilaku dari tokoh legenda Dewi Rengganis, yang dikenal masyarakat setempat sebagai ratu dari turunan Kerajaan Majapahit.
Kelembutan gerak gemulai tubuh yang dipadu dengan lentiknya jari dari penari Rinenggo Manis ini, adalah sebuah simbol dari keluruhan sikap dewi rengganis, yang selalu menjaga kehormatan wanita dari setiap pengaruh buruk lingkungan.
Menurut Junaidi, salah satu warga setempat mengatakan, tidak sembarang wanita yang bisa menjadi penari Rinenggo Manis. Yang menjadi penari tersebut harus seorang gadis perawan yang selalu menjaga sikap dan perilakunya, dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Syarat utama tersebut menjadi sakral untuk dapat menampilkan tarian yang elok, baik dalam acara desa maupun penyambutan tamu kehormatan.
“Tarian Rinenggo Manis, diiringi alunan musik karawitan yang menggunakan gamelan sederhana dan sebuah lesung kuno atau alat penumbuk padi, yang umumnya digunakan mayarakat pegunungan di jaman dulu. Itu dilakukan jagar budaya jaman dulu tidak punah, dan tetap hidup dan masih dikenang dari masa ke masa,”ujarnya.
Perpaduan alat musik sederhana dan kelembutan sikap Dewi Rengganis ini, menjadi prinsip kehidupan masyarakat lereng pegunungan Argopuro, yang selalu optimis di tengah keterbatasan, bersabar saat menerima ujian, bersyukur ketika mendapat rejeki, senantiasa berbagi kepada sesama manusia, dan keharusan menghormati para tamu.
“Iya betul mas, tidak semua wanita bisa menjadi penari Rinenggo Manis ini, dari nenek moyang kami, penari harus mempunyai perilaku yang baik, pergaulan yang baik, dan kesucian wanita itu tidak pernah ternodai,”tutur Yusnia Nanda Putri, salah satu penari Rinenggo Manis.
Agar tidak hilang tergerus jaman, tarian Rinenggo Manis kini kembali dikenalkan kepada anak-anak dan generasi muda, sebagai sebuah pelestarian budaya daerah dari keluruhan karya para leluhur bangsa Indonesia.(dic)