PROBOLINGGO, RN.COM – Selang beberapa hari pasca ditangkapnya pimpinan padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, ribuan pengikut yang kini masih bermukim di tenda penampungan padepokan, semakin hari kehidupannya semakin memprihatinkan.
Mereka harus hidup di tenda bergerombol bersama-sama pengikut lainnya dari berbagai daerah ditengah terik matahari saat siang hari dan udara dingin dimalam hari. Selain itu mereka juga mengaku kehabisan bekal dan uang selama berada di padepokan.
Tak hanya itu, pihak yayasan padepokan Dimas Kanjeng, yang selama ini mengurus makan, kini menghilang, pasca penggerebekan pada Kamis (22/9) lalu.
Menurut Risal, salah satu pengikut asal Lampung, ia memilih bertahan hidup di tenda padepokan, sambil menunggu kiriman uang dari kerabatnya, untuk pulang kampung.
“Saya sudah tiga bulan nyantri di padepokan bersama 7 orang teman saya yang juga berasal dari Lampung, sebetulnya ingin pulang, tapi masih menunggu kiriminan uang dari kerabat saya,”jelas Risal, saat ditemui di tenda padepokan Minggu (25/9).
Sementara pihak pemerintah melalui Kecamatan Gading, terus memantau dan mendata warga padepokan dan terus memberi arahan ke mereka untuk segera pulang.
“Saya tanyakan kenapa tidak pulang, meraka mengaku masih ingin nyantri, padahal kita tidak tahu mereka makan dari mana sehari-harinya. Ada juga yang mengaku menunggu penciran dari padepokan,”kata Selamet Hariyanto, Camat Gading, saat di lokasi padepokan.
Ribuan pengikut padepokan ini, kini hanya bisa pasrah tentang kelanjutan nasib mereka dan berharap pihak kepolisian memberikan solusi terbaik bagi mereka yang menjadi korban Dimas Kanjeng. (fiq)