Trondheim, Norwegia, reportasenews.com-Berminggu-minggu keliling Benua Eropah, saya tidak bisa melupakan akar sebagai pribumi Indonesia, ketika dimanapan tanah dijejak selalu mencari lokasi belanja barang harga yang murah.
Kesempatan berada di Trondheim, kota kecil di Norwegia, pada pertengahan bulan Oktober ini ternyata secara tidak sengaja bertepatan dengan hari diskon besar-besaran yang disebut Toilldag. Bagawanti Esti Suyoto, warga negara Indonesia yang sudah 20 tahun tinggal di negeri Viking ini, sudah mengingatkan ketika pertama kali ketemu.
“Ada hari diskon besar-besaran, semua barang bermerek dapat diskon mulai dari 40%-70%. Gak usah tiduran di rumah ya, besok kita berburu barang pasti senang deh,”kata Bagawanti, ketika menjemput kami di Bandara Vaernes, Trondheim. Tubuh kami sudah agak lelah setelah melancong dari Amsterdam, Belanda, tapi tawaran datang ke diskon gila-gilaan memang menarik.

Berbagai barang mendapat korting hingga 70%, kami dengan santai memasuki tiap toko dan mengincar barang yang diinginkan.
Bagawanti tahu aja, kalau pesta diskon ini pasti meningkatkan adrenalin kami menjadi lebih kencang. Tak sabar menanti, berburu barang-barang bermerek yang bikin ngiler.
Dua kali Setahun
Pesta diskon ini, cuma khas ada di Trondheim sejak taun 1988. Ketika dua orang pengelola mall Petter Stordalen dan Ganjil Midtskog kebingungan bagaimana caranya meningkatkan penjualan di awal musim dingin, sementara warga Trodheim lebih suka mendekam di kehangatan rumah ketimbang belanja konsumtif.
Masa-masa awal itu, disebutkan perdagangan sangat sepi. Jendela toko ditutupi kertas koran, sepi dan dingin. Pembangunan pusat perbelanjaan pertama di Norwegia, City Syd, dengan Petter Stordalen muda yang memimpin, berarti ada sesuatu yang harus terjadi di pusat kota Trondheim.
Namun Midtskog tidak tinggal diam, dia memancing kedatangan para warga lokal dengan memasang tawaran diskon hingga 70% untuk semua barang-barang berkualitas di satu hari saja.
Awalnya, ini adalah aksi untuk menarik perhatian, bukan untuk menghasilkan uang. Barang-barang itu jauh di bawah harga pembelian, kata Midtskog, yang dipekerjakan sebagai pemimpin pusat pertama di negara tersebut. Usaha menggalan pesta diskon gila-gilaan itu, sekarang tercatat sebagai daya tarik utama perkembangan pusat perdagangan di Midtbyen, pusat Kota Trondheim.
“Pesta diskon ini akhirnya diadakan setahun dua kali, yaitu setiap pertengahan bulan Maret dan Oktober yang diumumkan via media online dan surat kabar lokal,” tutur Bagawanti, yang telah menjadi “Ibu Lurah” tidak resmi warga Indonesia di Trondheim.

Bagi warga Indonesia, Toilldag juga tempat saling bertukar informasi dan bergosip berbagai informasi dari tanah air.
Toilldag juga menjadi tempat saling bertegur sapa dan sosialiasi warga kota yang memiliki populasi 187.353 jiwa. Kota ini termasuk kota terpadat ketiga di Norwegia, meskipun merupakan wilayah perkotaan terbesar keempat. Ini adalah kota terbesar ketiga di negara ini, dengan populasi (2013) dari 169.972 jiwa di dalam batas kota.
Terletak di pantai selatan Trondheim Fjord di muara Sungai Nidelva. Kota ini didominasi oleh Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Norwegia (NTNU), Yayasan Riset Ilmiah dan Industri (SINTEF), Rumah Sakit Universitas St. Olavs dan institusi berorientasi teknologi lainnya.
Trondheim adalah sebagai sebuah pos perdagangan, dan ini berfungsi sebagai ibu kota Norwegia selama Zaman Viking sampai 1217.
Arisan
Bagi warga Indonesia, Toilldag juga tempat saling bertukar informasi dan bergosip berbagai informasi dari tanah air.
Djenny Kjenstad, Wimala Naes, Elok Mjosund, Asy Rustad, Fona Tesaker, Marlina Solli, Ningsih Angen Rye, teman dari ‘Bu Lurah’ Bagawanti tidak akan menyia-nyiakan waktu bertemu dengan warga Indonesia lainnya di tengah keramaian Toilldag, di lokasi diskon paling besar dan paling nyaman.
“Kita tetap orang Indonesia, cari diskon yang besar dan saatnya bertemu orang-orang Indonesia lainnya. Sehingga kita bisa saling menjaga, bila ada kesulitan di negeri orang,” tutur Djenny Kjenstad, warga Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang murah senyum ini.

Hari itu, Djenny Kjenstad, Wimala Naes, Elok Mjosund, Asy Rustad, Fona Tesaker, Marlina Solli, Ningsih Angen Rye, setelah berjanji di tengah keramaian hari pasaran, mereka berkumpul lagi melanjutkan acara Arisan khas Indonesia. Berkumpul dan makan bersama dengan menu nasi uduk dan ayam goreng dan ikan asin.
Hari itu, setelah berjanji di tengah keramaian hari pasaran, mereka berkumpul lagi melanjutkan acara Arisan khas Indonesia. Berkumpul dan makan bersama dengan menu nasi uduk dan ayam goreng dan ikan asin.
Menu pembicaraan di arisan, mulai dari tempe bacem apa yang paling enak, ikan asin cabai merah, cara memasak gudeg Yogya hingga kiprah gubernur DKI Jakarta yang baru dilantik.
Diskon Bikin Bete
Bersyukurlah bila hadir di acara Toilldag bila dompet sedang penuh. Berbagai barang mendapat korting hingga 70%, kami dengan santai memasuki tiap toko dan mengincar barang yang diinginkan. Jam tangan, sepatu bermerek, tas wanita hingga jasa salon memasang tarif yang gila-gilaan, bikin mabuk kepayang.
Betapa tidak, sebuah tas wanita merek Guess yang pasaran di Jakarta berharga Rp 7 jutaan bisa didapatkan dengan harga hanya Rp 3 juta.

Berbagai makanan tradisional dijual di hari pasaran ini, termasuk “serabi” dengan isi keju dan mentega enak.
Saya mendapatkan ransel McKinley diskon dari harga 1300 kronner (1300 x Rp 1400) atau sekitar Rp 1.82 juta, menjadi Rp 700 ribu. Namun penghasilan saya dalam rupiah sementara banyak barang yang menarik hati dengan harga kurs yang mahal, membuat bete saja.
Hari diskon tidak semuanya menggembirakan, terutama bagi wisatawan pribumi macam saya yang sedang backpacker-an. (Hendrata Yudha).