PURBALINGGA, REPORTASE – Warga lereng Gunung Slamet di Desa Serang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menggelar tradisi unik perang buah tomat. Tradisi ini dilakukan, sebagai ungkapan rasa syukur pada Sang Kuasa, atas hasil panen buah dan sayur yang melimpah.
Selain melibatkan  warga, perang tomat juga diikuti para wisatawan. Mereka beramai-ramai turun di kolam kosong di area agrowisata kebun tomat dan sayuran. Dibagi dalam dua kelompok masing-masing terdiri dari 30 orang, mereka saling serang dengan melempar tomat ke lawan.
Perang tomat ini juga ditengahi seorang wasit, yang bertugas menghentikan perang jika amunisi para peserta perang habis.
Meski para peserta terlibat aksi saling lempar, tawa canda mereka menjadi hiburan tersendiri bagi penonton.
Tradisi perang tomat ini kali kedua digelar dalam rangka Festival Gunung Slamet. Hanis siswi smp salah satu peserta mengaku sangat senang mengikuti acara ini.
“seru,kalau nglempar sulit tapi sering kena lemparanâ€, aku Hanis.
Perang tomat merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat, terutama petani, atas panen yang melimpah. Bukan berarti pemborosan karna tomat yang digunakan adalah tomat yang tak masuk standar jual.
“perang tomat digelar sebagai tradisi yang tepat karena panen yang melimpah dan mebawa kesejahteraan warga dan petani setempat.” Tegas Tasdi, Wakil Bupati Purbalingga.
Di Desa Serang, Purbalngga ini, terdapat 450 petani tomat, dan stroberi dengan lahan hingga puluhan hektar. Tomat akan melimpah pada saat musim panen raya tiba. di tempat ini juga telah dikembangkan agrowisata kebun tomat serta stroberi. Tempat wisata di kaki Gunung Slamet ini akan memanjakan pengunjung dengan udara pegungan yang sejuk sambil memtik tomat dan stroberi langsung di kebun. (kus)