Turki, reportasenews.com – Turki yakin bahwa rudal S-400 SAM dari Rusia dapat merontokan pesawat B-52, F-22 dan Tomahawks Amerika
Ini mengejutkan karena Turki adalah sekutu AS dan anggota NATO. Turki mengatakan bahwa pesawat tempur buatan Amerika dan rudal AS yang dikatakan rentan terhadap serangan S-400 buatan Rusia yang baru saja Turki beli.
Sebuah infografis yang diterbitkan pada hari Rabu oleh kantor berita Turki yang dikelola negara ‘Anadolu’, merinci komponen batalion S-400 dan kemampuan sistemnya. Setengah dari gambar menunjukkan pesawat sistem “bisa menghancurkan target”.
Target yang dapat dihancurkan oleh rudal Rusia termasuk pembom B-52 Stratofortress dan B-1 Lancer, serta E-3 Sentry, yang lebih dikenal dengan AWACS (Airborne Warning and Control System).
Daftar ini juga mencakup setengah pesawat jet tempur buatan AS dan pesawat terbang pendukung, termasuk radar F-22 Raptor yang maju dan radar terbang Hawkeye E-2, dan dua jenis rudal taktis – rudal jelajah Tomahawk, dan balistik yang tidak diketahui jenisnya.
Turki sedang dalam proses mengakuisisi sistem S-400 dari Rusia, yang membuat kecewa sekutu NATO nya. Publisitas tampaknya menyiratkan bahwa Turki membutuhkan sistem untuk mempertahankan negara-negara yang memiliki pesawat semacam itu di angkatan udara mereka. Mereka adalah AS dan sekutu-sekutunya, di antaranya tetangga Turki, Arab Saudi, dan kerajaan-kerajaan Teluk lainnya.
Turki telah menyetujui kesepakatan US $ 2,5 miliar untuk empat sistem rudal darat-ke-udara jarak jauh Almaz-Antey S-400 dari Rusia.
Dalam laporannya, Bloomberg mengutip seorang pejabat Turki yang menyatakan bahwa “kesepakatan tersebut meminta Turki menerima dua baterai S-400 dari Rusia pada tahun depan, dan kemudian memproduksi dua lagi di dalam Turki.”
NATO dan sekutunya, termasuk AS, mengkritik Turki karena memilih sistem pertahanan udara jarak jauh yang dibuat di Rusia dan bukan yang diproduksi oleh anggota organisasi tersebut, seperti Patriot PAC-3 buatan AS.
Mereka mengatakan S-400 tidak memiliki interoperabilitas dan kompatibilitas dengan sistem senjata NATO.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan memarahi kritik tersebut, mengatakan bahwa dia memikirkan keamanan Turki terlebih dahulu, dan menyoroti saat sekutu NATO gagal dalam hal itu.
“Apa yang kamu harapkan? Haruskah kita menunggumu? Kami menjaga diri di setiap titik keamanan. Kami mengambil tindakan pencegahan dan kami akan terus melakukannya,” katanya.
Ankara tampaknya semakin jauh dari anggota NATO lainnya karena sejumlah isu. Ini memiliki keretakan dengan AS mengenai dukungan Washington di Suriah dan Irak dari milisi Kurdi, yang dipandang di Ankara sebagai ancaman besar bagi Turki.
AS juga menolak tuntutan pemerintah Turki untuk melakukan ekstradisi ulama Fethullah Gülen, yang dituduh oleh Turki karena mendalangi sebuah usaha kudeta militer tahun lalu.
Turki juga berselisih dengan negara-negara Eropa Barat, terutama Jerman, yang menuduh negara tersebut menyalah gunakan hak asasi manusia dan bergerak menuju kediktatoran. Pejabat Turki dan Eropa telah saling melemparkan kata penghinaan tajam selama setahun terakhir. (Hsg)