Menu

Mode Gelap

Jelajah · 2 Mei 2017 13:55 WIB ·

Uji Nyali Mendaki Puncak Gunung Batu Bogor (2)


					Bantuan tali untuk para pendaki di Gunung Batu Bogor. (foto: viandi) Perbesar

Bantuan tali untuk para pendaki di Gunung Batu Bogor. (foto: viandi)

Awas Kempos di Tanjakan!

https://www.youtube.com/watch?v=5x97yArljsU&feature=youtu.be

Bogor, reportasenews.com – Sang Fajar mulai merekah, dari pos dua tim jelajah bersiap melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Batu yang terletak di Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur Bogor.

Rombongan yang terdiri dari delapan orang ini menyusuri jalan tanah selebar dua meter. Rimbunan pepohonan akasia menaungi jalur yang mulai menanjak. Kemiringannya lumayan, sekitar 30 hingga 45 derajat. Para pendaki harus hati-hati karena semakin ke atas jalur mulai menyempit dan semakin licin di musim hujan.

Agar tidak tergelincir butuh sepatu dengan tapak kaki yang bisa menjejak kuat. Syukurnya ada tambang yang telah disiapkan untuk membantu para pendaki. Kendati menguras napas, selangkah demi selangkah camping ground pun bisa dicapai dalam waktu kurang dari lima belas menit.

Jalur pendakian menuju puncak Gunung Batu Bogot. (foto: ivan)

Jalur pendakian menuju puncak Gunung Batu Bogor. (foto: ivan)

Lega rasanya tiba di camping ground. Tenda-tenda berdiri rapih di tepi kanan jalur pendakian yang terletak di punggung gunung, tanah datar ini sekurangnya bisa menampung sekitar 40 tenda. Tempat bermalam para pendaki ini memiliki pemandangan yang indah karena langsung menghadap ke lembah.

Tidak hanya tenda yang bisa bangun di camping ground ini, tapi juga hammock atau tempat tidur ayunan bisa juga diikatkan di batang pohon akasia yang banyak tumbuh di sini.

Kaki mulai pegal, keringat bercucuran dan nafas tersengal karena dipaksa ‘melahap’ jalur menanjak tadi. Rasanya nikmat sekali membayangkan tubuh terlelap tidur di hammock dalam naungan alam raya berudara sejuk.

Summit Attack

Kami harus terus melangkah kendati mulai didera lelah. Puncak Gunung Batu dengan ketinggian 875 MDP mulai tampak dari camping ground. Semangat kami semakin menyala. “Ayo kita lanjut Summit Attack !” ajak saya kepada rombongan.

Kang Diat ambil inisiatif jalan lebih awal memandu kami. Dari titik ini jalan setapak semakin licin dan terjal. Jalan sempit sekitar satu setengah meter membuat hati berdesir. Tebing curam dan jurang yang menganga di bawah sana seperti memanggil manggil.

“Hati hati, tetap konsentrasi! Kalo ngeri gak usah lihat ke bawah jurang. Lihat aja jalan!” Peqi memberi peringatan kepada anak dan keponakannya, para remaja yang turut rombongan Jelajah Next Trip.

Memang dibutuhkan kehati-hatian ekstra menyuri jalur menuju puncak. Jalan tanah yang licin bisa dilalui dengan bantuan tali tambang yang menjulur dari atas. Pengelolala wisata Gunung Batu telah menyiapkan tali ini untuk membantu pendaki menarik tubuhnya agar mudah bergeser lebih tinggi.

Jalur kini berganti dengan jalan setapak berbatu kerikil. Di jalur ini pendaki harus pandai memilih batu untuk pijakan. Tidak jarang ada batu yang lepas dan langsung meluncur ke bawah. Selain berbahaya buat diri sendiri, tentu batuan yang longsor bisa mengancam pula keselamatan pendaki yang ada di bawah.

Jika di jalur tanah disertakan tali tambang ukuran kecil dan sedang, di sini tambang dadung besar disediakan. Sangat membantu kami para pendaki.

Syukurnya tak sampai lima belas menit kami hampir tiba di puncak gunung. Semburat mentari di ufuk timur tampak mulai merekah dan berpadu dengan birunya langit yang masih pekat. “Ya Allah betapa indahnya.. I love the Blue of Indonesia,“ puji saya penuh syukur dalam hati.

Tinggal satu tebing lagi yang harus kami lalui, maka tibalah puncak Gunung Batu Bogor. Tebing setinggi empat meter dengan kemiringan sekitar 70 derajat perlahan didaki. “Berpegangan yang kuat pada tambang dan cari pijakan!” teriak Kang Diat.

Satu persatu para pendaki bergiliran melewati tebing terakhir dan akhirnya menjejaklah kaki para petualang di tanah tertinggi Sukamakmur Bogor, persis ketika sang surya terbit dengan cahaya kuningnya yang menyala.

Mencapai puncak dan mendirikan tenda Gunung Batu Bogor. (foto: viandi)

Mencapai puncak dan mendirikan tenda Gunung Batu Bogor. (foto: ivan)

Kami sungguh sangat beruntung, cuaca saat kami mendaki sangat cerah, jadi sunrise tidak terhalang kabut gelap. Selain Sunrise yang cantik, di kejauhan gugusan gunung berselimut kabut tipis seperti tersenyum menyambut kedatangan kami.

Inilah hadiah terbesar bagi para petualang. Alam raya telah menampakkan keelokannya yang paling sempurna. Dalam gebyar takjub dan bangga, rasa syukur pada ke hadirat Ilahi pun membuncah.

Tiba-tiba Sir Edmun Hillary, pendaki legendaris yang berhasil memuncaki gunung tertinggi di dunia, seakan kembali berbisik : ”It is not the mountain we conquer but ourselves.”

Sir Edmun benar, bukan gunung yang kita taklukan, namun sesungguhnya diri sendirilah yang harus ditaklukan.(viandi)

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Relawan Covid-19 Rela Wakafkan Hidupnya Demi Bantu Sesama

21 April 2025 - 09:04 WIB

CBA : Copot Semua Jajaran Direksi dan Dewan Komisaris Bank DKI !

17 April 2025 - 08:55 WIB

DPR RI akan Bongkar Salinan Putusan Mahkamah Agung Palsu !

15 April 2025 - 08:54 WIB

Penggelapan Jaminan 452 Hektar, Siapa Berbohong ? BI atau Kemenkeu ?

23 Maret 2025 - 13:49 WIB

Kemenkeu, Sri Mulyani dan Gubernur BI, Perry Warjiyo. (foto. Ist)

Mengawali Masa Siaga Ramadhan, PLN UIT JBT Lakukan Audiensi dengan BPN, Perkuat Kolaborasi Pengamanan Aset

13 Maret 2025 - 20:20 WIB

Membedah Kontroversi Putusan Mahkamah Agung No. 1688 dan Pidato Presiden Prabowo

25 Februari 2025 - 07:45 WIB

Trending di Hukum