Ankara Turki, reportasenews.com -Pelaku penembakan atas Dubes Andrey Karlov dipastikan adalah seorang Polisi Turki bernama Mevlüt Mert Altıntaş (22), dia adalah petugas satuan anti huru-hara di Ankara. Kehadirannya di dalam pameran itu menyelinap masuk dan membawa lencana polisi resmi sehingga dia bisa berdiri di belakang Dubes Karlov.
Walikota Ankara, Ibrahim Melih Gökçek, percaya motif Altintas dikaitkan dengan kelompok imam Fethullah Gulen yang radikal, demikian menurut Reuters. Gulen melarikan diri dari Turki pada tahun 1999 dan telah tinggal di pengasingan di Poconos. Gökçek kata Altintas mungkin telah menjadi anggota kelompok teror Haberturk dan telah terikat gerakan keagamaan dan sosial transnasional Islam Gulen ini.
Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan tak lama setelah itu Dubes Karlov tewas menyebut pembunuhan itu sebagai “aksi teroris”, ulas Independent.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan: “Hari ini di Ankara akibat dari serangan, duta besar Rusia ke Turki, Andrey Gennadyevich Karlov, menerima luka parah hingga ia meninggal. Kami menganggap ini sebagai aksi teroris.”
Vladimir Zhirinovsky, yang memimpin Partai sayap kanan nasionalis Liberal Demokrat Rusia, mengatakan pembunuhan itu “Operasi pengalihan isu oleh Barat”.
Hingga kini belum jelas bagaimana sikap “balasan” Rusia menanggapi pembunuhan terhadap dubesnya di Ankara, Turki.
Hubungan kian tegang antar kedua negara memicu beberapa spekulasi terhadap apa yang terjadi dimasa depan antara dua negara, dan memberi pengaruh pada situasi kawasan tetangganya.
Business Insider mencoba memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi pasca penembakan ini.
Pertama, serangan hacker Rusia ke Turki akan meningkat dimasa depan. Pada 7 Desember lalu, Wikileaks merilis lebih dari 57.000 email dari Berat Albayrak, Menteri Energi dan sumber daya alam Turki dan juga milik menantu Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Ada indikasi Rusia bekerja sama dengan Wikileaks mempublikasikan email yang diretas. Hacker Rusia tampaknya akan getol mengungkapkan rahasia jelek orang-orang di sekitar Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Kedua. Hubungan kedua negara akan melorot ketitik terendahnya setelah insiden serius ditembaknya pesawat Sukhoi milik Rusia tahun 2015, dan kini dubes Karlov ditembak mati di Ankara. Sebagai balasan atas jatuhnya Sukhoi itu, Rusia mengembargo banyak barang Turki, ekspor Turki ke Rusia melorot $ 737.000.000.
Selanjutnya, pembangunan pipa gas alam Rusia ke Turki, dimaksudkan untuk menjadi bagian kerja sama ekonomi dan “kemitraan strategis,” ditunda. Situasi embargo ekonomi itu, akhirnya dicabut Rusia setelah Erdogan meminta maaf pada Juni 2016.
Ketiga. Pembunuhan Karlov itu digunakan sebagai alasan untuk represi demokrasi lebih lanjut di kedua negara Turki dan Rusia. Seperti kita tahu Turki sempat digoyang kudeta yang gagal, sebagai balasannya Erdogan menangkap ratusan orang pendukung kudeta gagal itu. Lalu Rusia juga mengalami cobaan berat di perang Chechnya atau Krimea yang dikritik oleh aktivis HAM atas penangkapan aktivias anti Moscow.
Keempat. Perjanjian gencatan senjata di Suriah akan runtuh akibat insiden Dubes Karlov. Rusia dan Turki berseberangan dalam krisis di Suriah, namun keduanya pada akhirnya bekerjasama membuat gencatan senjata agar penduduk sipil di Aleppo bisa mengungsi.
Kelima, Rusia akan memainkan “kartu pemberontak Kurdi” untuk memberi tekanan serius dalam urusan dalam negeri Turki. Militan Kurdi dikenal sangat anti dengan Turki. 11 Desember lalu, dua bom meledak di Istanbul yang menewaskan 39 dan melukai 154 manusia. Sebuah kelompok militan Kurdi mengklaim sebagai pembuat serangan. (HSG/ berbagai sumber)