Pontianak, reportasenews.com – Warga Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, yang tinggal di kawasan perbatasan langsung dengan Kampung Gumbang dan Kampung Padang Pan, Sarawak Malaysia saat ini sangat mendambakan desa mereka teraliri listrik.
“Dari delapan desa di Kecamatan Siding, terdapat tiga desa yang belum teraliri listrik,” ungkap Ketua Adat Desa Siding, Asmudin kepada petugas Patroli Perbatasan.
Patroli perbatasan ini digelar rutin anggota Polsek Siding, dan dipimpin Kapolsek Siding bersama Tim Kamandaka Batalion B Pelopor satuan Brimob Polda Kalbar yang dipimpin Aiptu Charles Simanjuntak.
Kecamatan Siding merupakan beranda terdepan negara karena berbatasan langsung dengan Malaysia.
Selain persoalan tidak adanya penerangan atau listrik, warga Desa Siding juga meminta adanya pemerataan dan peningkatan terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga surya karena pembangkit listrik tenaga surya ini belum maksimal karena penggunaannya hanya untuk penerangan malam hari.
Masalah lainnya yang sangat penting belum dinikmati masyarakat perbatasan adalah persoalan air bersih. Sumber air bersih yang dimiliki kawasan ini begitu potensial. Namun belum maksimal karena belum dapat dimanfaatkan masyarakat, sebab saluran air tidak menjangkau ke rumah-rumah penduduk dengan alasan keterbatasan anggaran.
Keluhan warga desa Siding lainnya soal larangan pemerintah tidak membakar hutan atau lahan saat musim kemarau, dirasakan sangat berdampak kepada masyarakat, karena akibat larangan ini pola berladang atau bercocok tanam masyarakat untuk mengarap lahannya semakin terkendala.
“Masyarakat kekurangan makan dan terancam kelaparan karena masyarakat pedalaman hanya bisa menerapkan tradisi menanam padi dengan cara membakar. Pada 2007 pemerintah ada program, cetak sawah bahkan lahannya sudah disiapkan namun masyarakat tidak dididik cara membuat sawah, irigasi tidak ada, cara memupuk tidak mengerti, bantuan traktor ada, namun masyarakat tidak diajar mengoperasikannya,” terang Asmudin.
Masyarakat Desa Siding sangat berharap dinas terkait dapat membantu masyarakat dengan memberikan petugas penyuluh pertanian yang benar mau mengajari masyarakat bercocok tanam dan menghasilkan hasil pertanian yang melimpah namun tetap ramah lingkungan.
Sementara itu, masyarakat perbatasan ini sangat berharap putra putri mereka kelak dapat diprioritaskan masuk menjadi abdi negara seperti aparatur pemerintahan, TNI maupun Polri sesuai jenjang pendidikannya.Harapan ini disampaikan salahsatu guru SD negeri 1 Siding, Agustinus.
Agustinus memiliki alasannya karena selama ini petugas atau tenaga pendidik dari luar yang bertugas di perbatasan kerap dihantui rasa bosan dan tidak betah. Contohnya tenaga medis yang kerap kosong di polides maupun di puskesmas.
“Setidaknya pemerintah membangun asrama di setiap sekolah atau pun rumah tinggal bagi mereka yang ditugaskan sehingga mereka bisa betah dan berkonsentrasi menjalankan tugas dan pengabdiannya,” pintanya.
Selain persoalan itu, masih banyak persoalan lainnya terutama akses jalan dan jembatan yang masih buruk sehingga masyarakat kesulitan memasarkan produk pertanian atau perdagangan, serta belum banyaknya tersedia lapangan pekerjaan sehingga banyak warga yang menyeberang menjadi pekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia.(das)