SINGAPURA, REPORTASE – Perang melawan teror yang dicanangkan pemerintah Singapura, bukan hanya tanggungjawab aparat keamanan namun juga melibatkan berbagai elemen masyarakat.
“Teroris mencoba mengadu domba masyarakat dan mempengaruhinya. Senjata terbesar Singapura menghadapi aksi teror, adalah bagaimana mengajak semua elemen masyarakat menggunakan semua sumber dayanya melawan teror,†kata Kepala Staf PM Singapura Chan Chun Sing kepada pers, di Singapura (19/10).
Sejak dua hari lalu, Singapura melakukan simulasi serangan teroris, aksi bom bunuh diri dan penyanderaan di pusat kota.
Wakil Perdana Menteri Teo Chee Hean menyebutkan, pemerintah Singapura telah menaikkan tingkat kewaspadaan tertinggi dalam menghadapi ancaman teror. Peningkatan ini terjadi, karena dampak kekalahan ISIS di palagan Suriah belakangan ini.
“Banyak jihadis ISIS yang pulang kampung dari Suriah, termasuk dari kawasan Asia, ini menjadi ancaman bagi keamanan yang tak bisa diabaikan,†tegas Teo kepada jurnalis di Singapura, Rabu (19/10).
Peringatan keamanan yang dinaikkan dalam level tertinggi sejak beberapa decade lalu, ditandai dengan digelarnya latihan besar-besaran satuan-satuan antiteror dari berbagai instansi, mulai dari bea cukai, imigrasi, kepolisian, hingga Angkatan Bersenjata Singapura (SAF).
Latihan yang melibatkan 3800 personil itu, dinilai sukses dan menjadi acuan melawan aksi teror, yang bisa terjadi di Singapura.
Warga Singapura harus bersiap-siap menghadapi ancaman teror sangat serius. Agar mereka mengetahui bagaimana bersikap dan bereaksi, jika aksi teror itu benar-benar terjadi.
Pemerintah Singapura melibatkan unsur ormas keagamaan, asosiasi pedagang dan sekolah-sekolah, dalam latihan menghadapi aksi teror.
Sekitar 800 orang pemimpin di tingkat akar rumput juga dilibatkan dalam latihan menghadapi teroris.
Warga Singapura dikenal individidualis dan cuek dengan tetangganya sendiri. Kondisi ini, menjadi salah satu ancaman sendiri karena memudahkan para pelaku teror bersembunyi di masyarakat.
“Warga lebih percaya informasi dari kami dibandingkan dari pemerintah,†jelasnya.
“Kami ini bisa menjadi jembatan informasi dengan pemerintah, jika terjadi keadaan darurat. Hal itu penting agar kami dapat membantu memulihkan kehidupan normal masyarakat, membantu korban dan memberikan informasi siapa saja yang tinggal di sekitar lingkungan kami,â€tukas Wallace Chews, salah seorang pentolan masyakat China di Nee Soon South. (yud).