BURMA, REPORTASE: Kelompok pejuang HAM melaporkan bahwa milter dan polisi Burma sudah menjalakan perekrutan warga sipil  untuk melawan minoritas Rohingya, dan warga sipil non muslim ini dilatih memakai senjata api
Pihak berwenang di Myanmar mengatakan pasukan keamanan telah mulai mempersenjatai dan melatih warga non-Muslim di utara negara bagian Rakhine untuk melawan ancaman dari pejuang mujahidin kelompok minoritas Rohingya.
Laporan HAM mengatakan langkah mempersenjatai warga sipil disana dapat membuat meluasnya konflik konflik berdarah diantara sesama warga sipil di Rakhine.
Kolonel Sein Lwin, kepala polisi Rakhine, kepada kantor berita Reuters pada hari Rabu menyebutkan bahwa pasukannya telah mulai merekrut warga dari warga Buddha Rakhine dan non-Muslim lainnya di kota perbatasan Maungdaw.
Kandidat yang tidak memenuhi standar pencapaian pendidikan, atau kriteria seperti tinggi badan minimal, tetap diperlukan untuk perekrutan sebagai kaki tangan polisi reguler dan akan diterima untuk program ini, katanya.
“Tapi mereka harus menjadi warga lokal,” kata Sein Lwin. “Mereka harus melayani di tempat mereka sendiri.”
Min Aung, seorang menteri di Rakhine parlemen dan anggota Liga Nasional Aung San Suu Kyi untuk Demokrasi, mengatakan hanya warga yang memenuhi syarat boleh mendaftar untuk pelatihan polisi, maka ini mengesampingkan peran 1,1 juta Rohingya yang tinggal di Rakhine, yang ditolak kewarganegaraan oleh pemerintah.
Polisi juga akan mulai merekrut warga sipil di Sittwe, ibukota Rakhine negara, pekan depan.
Lin Lin Oo, seorang pejabat polisi, mengatakan bahwa awalnya 100 direkrut berusia antara 18 dan 35 akan menjalani program pelatihan 16-minggu dipercepat di Sittwe pada 7 November. Program ini tampaknya akan berlanjut terus  (HSG/ Al Jazeera/ Reuters)