Jepang, reportasenews.com – Jepang menggelar karpet merah untuk pengunjung dari negara-negara Muslim, dengan memasang tanda qiblah (panah menunjuk ke arah Mekah) yang ada di kamar hotel, ruang sholat dipasang di bandara dan kompleks komersial, dan makanan halal menjadi makanan pokok di restoran dan kafetaria perusahaan yang melakukan bisnis dengan perusahaan dari negara-negara Muslim.
Akibat dari itu terjadi pertumbuhan mantap jumlah Muslim yang memilih menetap di Jepang. Makanan halal pertama kali tersedia pada menu sekitar satu dekade yang lalu, namun ledakan pariwisata baru-baru ini mendorong penawaran dan permintaan.
Jumlah kedatangan turis di Jepang pada tahun 2016 melampaui 24 juta, jauh di atas target 20 juta yang ditetapkan oleh pemerintah nasional untuk tahun 2020. Dan wisatawan dari negara-negara Muslim menyumbang semakin banyak pendatang.
Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), hampir 271.000 orang Indonesia melakukan perjalanan ke Jepang pada tahun 2016, naik dari hanya 63.000 di tahun 2009. Demikian pula, lebih dari 394.000 orang Malaysia tiba tahun lalu, naik dari 89.000 tujuh tahun yang lalu.
Peningkatan pendatang yang tajam dari Asia Tenggara sebagian karena pemerintah Jepang melonggarkan persyaratan visa, pertumbuhan maskapai penerbangan murah yang melayani rute Jepang dan kelas menengah yang sedang tumbuh dengan pendapatan disposable yang lebih besar, menurut JNTO. Namun, faktor lain yang berkontribusi adalah kemudahan dimana pelancong Muslim dapat memenuhi kebutuhan spesifik mereka.
“Ada kombinasi faktor-faktor yang berada di balik angka-angka mengesankan ini, termasuk tingkat yen yang rendah, yang membuat liburan di Jepang jauh lebih terjangkau bagi orang-orang dari Asia Tenggara, khususnya,” kata Susah Ong, wakil direktur kantor JNTO. di Singapura.
“Tapi saya juga berpikir bahwa sektor perjalanan Jepang telah menjadi lebih mudah menerima pengunjung dari luar negeri,” katanya.
Shigeru Yamashita membuka Hotel Syariah Fujisan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan para pelancong Muslim pada bulan Juli 2016.
https://www.instagram.com/p/BaqGPRSngGO/?taken-by=diankencanadewi
“Saya membuka hotel agar umat Islam merasa nyaman saat mereka berkunjung ke Jepang,” katanya.
“Semua makanan yang kami sajikan adalah masakan Jepang tapi disiapkan dengan menggunakan bahan halal,” katanya pada This Week in Asia. “Kami juga punya kiblat di setiap ruang tamu, sementara ada juga ruang sholat khusus.”
Hotel, rumah bekas yang luas yang telah direnovasi secara ekstensif, dekat dengan Danau Kawaguchiko, di kaki Gunung Fuji, salah satu lokasi yang harus dilihat di Jepang bagi banyak pengunjung asing.
“Sejauh ini, kami memiliki sekitar 300 tamu Muslim yang tinggal bersama kami, tapi bisnis ini memang baru dimulai, dan saya yakin sektor ini akan tumbuh dan banyak Muslim akan datang ke Jepang di tahun-tahun mendatang.”
Operator bisnis lain juga melihat konsumen Muslim sebagai peluang yang signifikan.
Pada bulan November, hampir 7.000 orang menghadiri Pameran Halal ketiga Jepang, yang berlangsung selama dua hari di Tokyo bersamaan dengan Tokyo Fashion Show. Acara serupa dijadwalkan berlangsung di Osaka pada bulan Mei dan lagi di Tokyo bulan November ini.
Di prefektur Okayama, Okayama Health Tourism Association meluncurkan sebuah skema awal tahun ini yang memberi hotel dan restoran yang memiliki fasilitas ramah Muslim atau menyajikan logo Peach Mark.
Restoran yang tidak menyajikan daging babi dan menyiapkan makanan dengan cara yang layak memenuhi syarat untuk sertifikasi, beserta hotel yang menyediakan sajadah.
Taman ritel Shisui Premium Outlets, di prefektur Chiba, membuka ruang sholat untuk umat Islam pada tahun 2014, tahun yang sama dengan fasilitas serupa yang dibuka di toko Shinjuku yang dioperasikan oleh Takashimaya. Taman hiburan Shiroi Koibito di Sapporo membuka ruang shalat awal tahun ini setelah 24.000 orang Malaysia dan Indonesia berkunjung di taman ini 2014, naik 74 persen dari tahun sebelumnya.
Fasilitas serupa juga diperkenalkan untuk pengunjung jangka panjang. Universitas Rikkyo di Tokyo, yang berencana untuk meningkatkan pendaftaran mahasiswa asing menjadi 2.000 pada 2024, membuka ruang shalat, lengkap dengan sebuah kiblat, pada bulan April. Universitas tersebut mengatakan bahwa ruang sholat “memberi kesempatan bagi siswa Jepang kami untuk belajar tentang budaya Islam”.
Universitas Sophia terdekat, yang telah memiliki 50 siswa dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, juga telah membuka kafetaria untuk siswa dengan berbagai makanan halal.
YKK Corp, mulai menyediakan makanan halal di kafetaria pabriknya di Kurobe untuk mengakomodasi peningkatan jumlah umat Muslim yang mengunjungi pabrik tersebut untuk pelatihan. Grup YKK beroperasi di 71 negara di seluruh dunia.
Mohammed Naji Matar bergabung dengan Miyako International Tourist Co yang berbasis di Osaka empat tahun lalu, setelah meninggalkan Suriah. Dia ditugaskan untuk memulai bisnis Muslim perusahaan tersebut dan mengatakan bahwa dia yakin ada banyak peluang di sektor perjalanan Jepang. (Hsg)