Bandung, reportasenews.com-Bisa dibilang, inilah alun-alun kota Seoul. Salah satu landmark terpenting yang sering menjadi obyek selfie wisatawan. Masyarakat sekitar juga sering mengunjungi tempat ini. Demo-demo warga juga di sini tempatnya. Waktu saya ke tempat ini, ada pendemo yang entah menuntut apa. Jangan bayangkan keributan seperti yang kita lihat jika melihat pendemo di Indonesia ya.. Mereka tertib sekali, bahkan tidak mengganggu sama sekali. Tidak ribut. Mereka hanya membawa spanduk sambil berdiri dan berjalan-jalan disekitar.
Gwanghamun Square, didirikan tahun 2009, adalah sebuah lapangan tepat di depan istana Gyeongbok. Di sini terdapat patung Raja Sejoeng. Dalam sejarah Korea, Raja Sejeong adalah raja paling cerdas. Beliau sangat mendukung ilmu pengetahuan dan telah berhasil menemukan beberapa alat ilmu pengetahuan. Salah satu penemuan Raja Sejong yang paling terkenal adalah huruf Hangul, huruf yang dipakai bangsa Korea saat ini. Sebelumnya Korea menggunakan alfabet Cina.
Patung Raja Sejeong ini dilatarbelakangi pemandangan gerbang depan istana Gyeongbok dan Gunung Bukaksan yang indah. Kalau siang hari, jangan lewatkan untuk mengabadikan pemandangan ini.
Di sebelah kiri patung raja Sejeong, ada yang disebut Memorial Waterway. Ini semacam perjalanan sejarah dari tahun ke tahun pemerintahan raja Sejoeng. Uniknya, perjalanan sejarah yang terpahat ini dialiri air sebagai simbol berjalannya waktu.
Cara asik mempelajari sejarah.
Ketika mengitari patung raja Sejoeng, saya menemukan sebuah pintu tak berpenjaga. Tampak sepi tapi terbuka. Ada tulisan “King Sejeong Memorial Hall”. Saya masuk ke dalamnya. Ada tangga menuju ke bawah. Ternyata disana adalah museum. Museum yang menggambarkan kejayaan Korea di masa pemerintahan raja Sejoeng.
Ada lukisan sang raja dan duplikat singgasana raja yang boleh diduduki wisatawan untuk berselfie ria. Ada macam-macam pedang yang digunakan saat masa peperangan. Ada juga miniatur kapal Kura-kura yang terkenal. Wisatawan bahkan bisa masuk dalam kapal tersebut. Didalamnya ada diorama para pelaut yang sedang mendayung kapal. Ada pula bioskop kecil yang memutar film kisah heroik Yi Shun Sin.
Diantara para pengunjung yang saya lihat, banyak diantaranya adalah anak kecil bersama orang tua mereka, bukan bersama rombongan sekolah. Mereka tampak antusias bertanya pada orang tua mereka tentang ini dan itu yang mereka lihat. Hmm kalau di Indonesia, banyak juga ngga ya, orang tua yang mengajak anaknya ke museum saat liburan?
Di salah satu sudut museum ini ada toko suvenir yang lumayan lengkap. Tapi saya tahan untuk tidak belanja. Masih hari pertama. Selain itu, saya juga belum tahu harga. Takutnya malah lebih mahal dari tempat lain. Jadi saya hanya melihat-lihat saja untuk referensi, barang apa saja yang akan saya beli nanti sebagai suvenir atau oleh-oleh.
Oya, tadi waktu masuk tidak ada semacam loket dan penjaga. Berarti untuk masuk ke museum ini, gratis!
Beberapa meter di depan patung Raja Sejeong, terdapat patung Panglima Yi Shun Sin dengan kapal kura-kuranya. Panglima Yo Shun Sin adalah Panglima terbesar di era perjuangan Korea. Dengan pasukan angkatan lautnya, Panglima Yi Shun Shin berhasil mengalahkan musuh-musuh Korea di jamannya. Bahkan saat ia meninggal di dalam kapal pertempuran, pasukannya tetap melakukan perlawanan sehingga musuh tak tahu kalau panglima mereka sebenarnya telah meninggal.
Kapal Kura-kura ini juga merupakan kapal perang yang tangguh di jamannya. Kapal ini terkenal seiring dengan kejayaan Panglima Yi Shun Sin.
Di depan patung Yi Shun Sin ada air mancur yang keluar dari lantai. Di musim panas, masyarakat datang ke tempat ini, dan berdiri di antara lubang-lubang air mancur tersebut. Saat airnya keluar, mereka berteriak girang, memainkan airnya. Tapi hanya anak-anak yang melakukan itu.
Di hari lain, saya kembali mengunjugi Gwanghamun Square di malam hari. Saya kesini lagi karena penasaran ingin melihat air mancurnya yang menjadi warna-warni berganti-ganti. Tak ingin beranjak rasanya melihat keindahan air mancur Gwanghamun Square, apalagi dengan latar belakang kegagahan Panglima Yi Shun Sin. Gwanghamun Square, tempat yang tidak boleh dilewatkan kalau ke Korea.
Menuju ke Gwanghamun Square, saya turun di stasiun City Hall Line 1&2 dan keluar di Exit 3. Di anak tangga menuju tempat keluar, ada payung-payung lukis lucu dan menarik tergantung di tali temali. Tapi kalau mau langsung turun dekat loasi bisa naik subway jalur 5 (Line 5) yang warnanya ungu. Turun di Stasiun Gwanghamun, keluar dari pintu keluar nomor 2 (Exit 2). Nah begitu keluar, di sebelah anda sudah terlihat patung jenderal Lee Sun Shin yang gagah itu. (nina harita)