Oleh : Beng Aryanto
JAKARTA, Reportasenews – Bayangkan sebuah negeri yang baru saja merayakan semangat reformasi 1998—suara rakyat menggema, demokrasi digadang-gadang sebagai jalan baru, dan semua orang berharap ada perubahan. Tapi di balik euforia itu, ada kisah kelam yang jarang dibicarakan: skandal perbankan yang mencederai harapan reformasi.
Dokumenter Dirty Call Money Overnight mengajak kita menyusuri perjalanan getir seorang bankir, Andri Tedja Dharma, yang terseret dalam pusaran permainan licik dunia perbankan. Istilah “bank dalam bank” jadi simbol betapa rapuhnya sistem keuangan kita saat itu—penuh transaksi fiktif, manipulasi angka, dan permainan kotor yang justru dilindungi orang-orang yang mestinya menjaga negara.
Yang bikin miris, bukan hanya skandal finansialnya, tapi juga pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi. Orang-orang yang mestinya memperbaiki keadaan malah menunggangi sistem demi keuntungan pribadi. Dan yang lebih parah, aparat hukum yang tumpul: kasus ini tak pernah tuntas, keadilan tak pernah benar-benar hadir.
Buat kalian, generasi muda yang sering bilang “ekonomi ribet banget, nggak nyambung sama hidup gue,” dokumenter ini justru nunjukin sebaliknya. Skandal keuangan bukan sekadar angka di layar komputer bankir. Ia menyangkut nasib bangsa, kepercayaan publik, dan masa depan kita sendiri.
Kenapa harus ditonton? Karena Dirty Call Money Overnight bukan cuma cerita tentang uang—tapi tentang pengkhianatan, ketidakadilan, dan keberanian melawan arus kotor sistem. Ini adalah pengingat bahwa reformasi bukan hanya soal jatuhnya rezim, tapi juga bagaimana kita menjaga agar cita-citanya tidak dikhianati oleh kepentingan sempit.

